Community Rating






Kereta Berdarah
“Kereta Berdarah” adalah film horor Indonesia yang dirilis pada tahun 2024, disutradarai oleh Rizal Mantovani. Film ini mengisahkan tentang sekelompok penumpang yang terjebak di dalam kereta misterius yang ternyata merupakan tempat penuh teror dan makhluk-makhluk mengerikan. Ceritanya berfokus pada Purnama dan adiknya, Kembang, yang melakukan perjalanan dengan kereta tersebut untuk mencari jawaban atas masa lalu mereka. Namun, perjalanan itu berubah menjadi mimpi buruk ketika penumpang mulai menghilang satu per satu, dan mereka harus berjuang untuk bertahan hidup dari ancaman supranatural yang mengintai.
Film ini memiliki suasana mencekam dengan elemen gore (darah dan kekerasan grafis) serta ketegangan psikologis, yang menjadi ciri khas genre horor. Durasi film sekitar 1 jam 43 menit, dan ia menampilkan visual yang cukup intens serta jumpscare yang dirancang untuk memacu adrenalin penonton.
Kecocokan dengan Anak
“Kereta Berdarah” tidak cocok untuk anak-anak, terutama yang berusia di bawah 13 tahun. Film ini mengandung adegan kekerasan, darah, dan tema horor yang bisa menakutkan atau mengganggu psikologis anak. Rating usia yang biasanya diberikan untuk film seperti ini adalah 17+ atau setidaknya 13+ dengan pengawasan orang tua, tergantung pada standar lokal. Jika anak memiliki ketahanan emosional yang rendah atau mudah takut, sebaiknya hindari menonton film ini. Untuk anak-anak, konten yang lebih ringan dan tidak menakutkan seperti film animasi atau petualangan keluarga akan jauh lebih sesuai.
This content is restricted!
Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.
Sinopsis Lengkap Film Kereta Berdarah (2024)
Kereta Berdarah adalah film horor Indonesia yang disutradarai oleh Rizal Mantovani dan ditulis oleh Erwanto Alphadullah, diproduksi oleh MVP Pictures. Film ini tayang perdana di bioskop Indonesia pada 1 Februari 2024 dan kini tersedia di Netflix mulai 12 Juli 2024. Dibintangi oleh Hana Malasan sebagai Purnama, Zara Leola sebagai Kembang, Putri Ayudya sebagai Ramla, Fadly Faisal sebagai Tekun, dan Kiki Narendra sebagai Bara, film ini menghadirkan kisah teror mencekam di dalam kereta wisata dengan latar misteri supernatural yang kental dengan nuansa lokal Indonesia. Dengan durasi 1 jam 43 menit, film ini mengusung premis segar tentang gerbong kereta yang menghilang secara misterius setiap kali melintasi terowongan, dipadukan dengan elemen gore, jumpscare, dan kritik sosial tentang keserakahan manusia terhadap lingkungan. Berikut adalah sinopsis terlengkap dari film ini:
Awal Cerita: Perjalanan Purnama dan Kembang
Film ini berpusat pada Purnama (Hana Malasan), seorang wanita yang baru saja sembuh dari kanker setelah melalui proses pengobatan yang panjang dan melelahkan. Untuk merayakan kesembuhannya, Purnama mengajak adiknya, Kembang (Zara Leola), untuk berlibur ke sebuah resor alam mewah bernama Sangkara Resort, yang baru dibuka di daerah terpencil. Satu-satunya cara untuk mencapai resor tersebut adalah dengan menaiki kereta wisata khusus bernama Kereta Sangkara, yang baru beroperasi untuk pertama kalinya. Perjalanan ini diharapkan menjadi momen penyegaran bagi kakak-adik ini, yang memiliki ikatan emosional kuat, terutama setelah perjuangan Purnama melawan penyakitnya.
Film ini berpusat pada Purnama (Hana Malasan), seorang wanita yang baru saja sembuh dari kanker setelah melalui proses pengobatan yang panjang dan melelahkan. Untuk merayakan kesembuhannya, Purnama mengajak adiknya, Kembang (Zara Leola), untuk berlibur ke sebuah resor alam mewah bernama Sangkara Resort, yang baru dibuka di daerah terpencil. Satu-satunya cara untuk mencapai resor tersebut adalah dengan menaiki kereta wisata khusus bernama Kereta Sangkara, yang baru beroperasi untuk pertama kalinya. Perjalanan ini diharapkan menjadi momen penyegaran bagi kakak-adik ini, yang memiliki ikatan emosional kuat, terutama setelah perjuangan Purnama melawan penyakitnya.
Kereta Sangkara terdiri dari lima gerbong dengan struktur kelas sosial yang jelas: gerbong 1 untuk tamu VVIP (pejabat dan investor), gerbong 2 untuk penumpang VIP, gerbong 3 sebagai kafetaria, serta gerbong 4 dan 5 untuk penumpang kelas ekonomi. Kereta ini dipimpin oleh Bupati Bara (Kiki Narendra), seorang pejabat daerah yang ambisius dan melihat proyek kereta ini sebagai cara untuk menarik investor demi pengembangan infrastruktur. Antusiasme menyambut perjalanan perdana kereta ini tinggi, dengan penumpang dari berbagai latar belakang, termasuk pejabat, konglomerat, wartawan, influencer, seniman, hingga masyarakat biasa. Upacara peresmian dihiasi dengan tarian tradisional, mencerminkan kebanggaan lokal terhadap proyek ini.
Teror Dimulai: Misteri Gerbong yang Menghilang
Perjalanan awalnya berjalan lancar, dengan pemandangan indah di sepanjang rel yang melintasi hutan dan terowongan. Purnama dan Kembang, yang berada di gerbong kelas ekonomi, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka disambut oleh Tekun (Fadly Faisal), seorang pramugara kereta yang ramah dan berdedikasi untuk menjaga kenyamanan penumpang. Namun, suasana berubah ketika seorang penumpang misterius bernama Ramla (Putri Ayudya), yang tuli, mulai bersikap aneh. Ramla meracau dan berusaha memperingatkan penumpang lain tentang bahaya yang mengintai, tetapi ucapannya diabaikan sebagai gangguan mental.
Perjalanan awalnya berjalan lancar, dengan pemandangan indah di sepanjang rel yang melintasi hutan dan terowongan. Purnama dan Kembang, yang berada di gerbong kelas ekonomi, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka disambut oleh Tekun (Fadly Faisal), seorang pramugara kereta yang ramah dan berdedikasi untuk menjaga kenyamanan penumpang. Namun, suasana berubah ketika seorang penumpang misterius bernama Ramla (Putri Ayudya), yang tuli, mulai bersikap aneh. Ramla meracau dan berusaha memperingatkan penumpang lain tentang bahaya yang mengintai, tetapi ucapannya diabaikan sebagai gangguan mental.
Kejanggalan pertama muncul ketika kereta memasuki terowongan gelap. Tekun, yang sedang bertugas, menyadari bahwa gerbong paling belakang (gerbong 5) tiba-tiba menghilang tanpa jejak setelah keluar dari terowongan. Ia melaporkan kejadian ini kepada masinis, Sidik (Totos Rasiti), tetapi laporan tersebut tidak dianggap serius oleh pihak berwenang di kereta, termasuk Bara, yang lebih fokus pada kesuksesan perjalanan perdana. Purnama dan Kembang, yang kebetulan sedang berada di kamar mandi saat kejadian, secara tidak sengaja selamat dari hilangnya gerbong 5. Ketegangan meningkat ketika terowongan berikutnya dilewati, dan gerbong 4 juga lenyap, bersama dengan para penumpang di dalamnya.
Eskalasi Teror dan Kekacauan
Setiap kali kereta melintasi terowongan, satu gerbong menghilang, dan teror semakin nyata. Penumpang mulai menyaksikan penampakan makhluk astral yang mengerikan, termasuk sosok Ratu Jin (Ruth Marini), penunggu hutan yang penuh amarah. Ratu Jin digambarkan dengan kostum menyeramkan yang terbuat dari akar asli dan prostetik, menambah kesan horor yang intens. Adegan-adegan gore mulai muncul, dengan penusukan, organ tubuh yang hancur, dan kematian brutal yang membuat penonton bergidik. Berbeda dengan film seperti Train to Busan, yang berfokus pada ancaman zombie, teror di Kereta Berdarah berasal dari kekuatan supernatural yang tidak bisa dihindari, menciptakan rasa putus asa di antara penumpang.
Setiap kali kereta melintasi terowongan, satu gerbong menghilang, dan teror semakin nyata. Penumpang mulai menyaksikan penampakan makhluk astral yang mengerikan, termasuk sosok Ratu Jin (Ruth Marini), penunggu hutan yang penuh amarah. Ratu Jin digambarkan dengan kostum menyeramkan yang terbuat dari akar asli dan prostetik, menambah kesan horor yang intens. Adegan-adegan gore mulai muncul, dengan penusukan, organ tubuh yang hancur, dan kematian brutal yang membuat penonton bergidik. Berbeda dengan film seperti Train to Busan, yang berfokus pada ancaman zombie, teror di Kereta Berdarah berasal dari kekuatan supernatural yang tidak bisa dihindari, menciptakan rasa putus asa di antara penumpang.
Purnama, Kembang, Tekun, dan Ramla berusaha memperingatkan penumpang lain dan kru kereta tentang pola hilangnya gerbong, tetapi peringatan mereka terus diabaikan. Bara, yang terobsesi dengan citra proyeknya, memerintahkan masinis untuk mempercepat laju kereta menuju resor, mengabaikan risiko yang semakin nyata. Ketegangan internal juga muncul di antara penumpang. Kelas sosial menjadi sorotan, dengan penumpang VIP dan VVIP menolak berbagi ruang dengan penumpang ekonomi, mencerminkan jurang pemisah antarkelas. Kericuhan terjadi ketika Purnama, Kembang, Tekun, dan Ramla dituduh sebagai komplotan yang ingin merampok, memicu konflik fisik di antara penumpang yang panik.
Penyelidikan dan Pengungkapan Rahasia
Di tengah kepanikan, Purnama dan Kembang, yang memiliki latar belakang sebagai aktivis lingkungan (meski tidak dijelaskan secara mendalam), mulai mencurigai bahwa teror ini terkait dengan pembangunan rel kereta. Mereka menemukan petunjuk bahwa rel kereta dibangun secara paksa di tengah hutan suci yang merupakan rumah bagi makhluk gaib, termasuk Ratu Jin. Proyek ini, yang dipimpin oleh Bara, melibatkan eksploitasi lingkungan tanpa mempedulikan dampak ekologis atau spiritual. Ramla, yang ternyata memiliki kepekaan terhadap dunia gaib, menjadi kunci dalam mengungkap motif di balik teror ini.
Di tengah kepanikan, Purnama dan Kembang, yang memiliki latar belakang sebagai aktivis lingkungan (meski tidak dijelaskan secara mendalam), mulai mencurigai bahwa teror ini terkait dengan pembangunan rel kereta. Mereka menemukan petunjuk bahwa rel kereta dibangun secara paksa di tengah hutan suci yang merupakan rumah bagi makhluk gaib, termasuk Ratu Jin. Proyek ini, yang dipimpin oleh Bara, melibatkan eksploitasi lingkungan tanpa mempedulikan dampak ekologis atau spiritual. Ramla, yang ternyata memiliki kepekaan terhadap dunia gaib, menjadi kunci dalam mengungkap motif di balik teror ini.
Dalam salah satu adegan klimaks, Ratu Jin merasuki tubuh seorang investor dan mengungkapkan bahwa manusia telah mengganggu keseimbangan alam dengan keserakahan mereka. Pembangunan rel kereta, yang menghancurkan hutan dan makam-makam suci, memicu amarah makhluk gaib. Setiap gerbong yang menghilang adalah bentuk hukuman dari Ratu Jin, yang mengubah penumpang menjadi pohon sebagai simbol kembalinya mereka ke alam. Purnama, Kembang, Tekun, dan Ramla berusaha meyakinkan kru untuk menghentikan kereta sebelum mencapai terowongan terakhir, yang diyakini akan menjadi akhir dari semua penumpang.
Klimaks dan Tragedi
Dengan waktu yang semakin sempit, Purnama dan Tekun memimpin upaya pemberontakan untuk memaksa masinis menghentikan kereta. Mereka berhasil memperlambat laju kereta, dan beberapa penumpang yang selamat memutuskan untuk turun dan berjalan kaki menuju resor, yang diperkirakan sudah dekat. Namun, Ratu Jin tidak berhenti. Dalam serangan terakhir yang mengerikan, ia menyerang para penumpang yang tersisa, mengubah mereka menjadi pohon, termasuk Kembang dan Ramla. Purnama, yang selamat dari serangan ini, menyaksikan kematian adiknya dengan penuh duka, meninggalkan luka emosional yang mendalam.
Dengan waktu yang semakin sempit, Purnama dan Tekun memimpin upaya pemberontakan untuk memaksa masinis menghentikan kereta. Mereka berhasil memperlambat laju kereta, dan beberapa penumpang yang selamat memutuskan untuk turun dan berjalan kaki menuju resor, yang diperkirakan sudah dekat. Namun, Ratu Jin tidak berhenti. Dalam serangan terakhir yang mengerikan, ia menyerang para penumpang yang tersisa, mengubah mereka menjadi pohon, termasuk Kembang dan Ramla. Purnama, yang selamat dari serangan ini, menyaksikan kematian adiknya dengan penuh duka, meninggalkan luka emosional yang mendalam.
Ending film ini terasa tragis dan dramatis, dengan fokus pada pesan lingkungan hidup. Penonton dipaksa untuk merenungkan dampak keserakahan manusia terhadap alam, yang dalam film ini diwujudkan melalui kutukan Ratu Jin. Meski beberapa penonton merasa penutupan cerita kurang memuaskan karena tidak semua pertanyaan terjawab, film ini berhasil menghadirkan ketegangan yang konsisten dan visual yang menyeramkan.
Elemen Horor dan Produksi
Kereta Berdarah menonjol karena premisnya yang segar sebagai film horor Indonesia pertama yang berlatar utama di kereta api. Terornya memanfaatkan ruang sempit gerbong untuk menciptakan rasa klaustrofobia, mirip dengan Snowpiercer atau Train to Busan, tetapi dengan nuansa lokal yang kental, seperti kepercayaan tahayul dan makhluk gaib. Jumpscare-nya efektif, tetapi daya tarik utama terletak pada elemen gore, seperti adegan berdarah-darah yang divisualisasikan dengan efek CGI dan prostetik yang apik. Kostum Ratu Jin, yang menggunakan akar asli, menjadi salah satu sorotan visual yang menyeramkan.
Kereta Berdarah menonjol karena premisnya yang segar sebagai film horor Indonesia pertama yang berlatar utama di kereta api. Terornya memanfaatkan ruang sempit gerbong untuk menciptakan rasa klaustrofobia, mirip dengan Snowpiercer atau Train to Busan, tetapi dengan nuansa lokal yang kental, seperti kepercayaan tahayul dan makhluk gaib. Jumpscare-nya efektif, tetapi daya tarik utama terletak pada elemen gore, seperti adegan berdarah-darah yang divisualisasikan dengan efek CGI dan prostetik yang apik. Kostum Ratu Jin, yang menggunakan akar asli, menjadi salah satu sorotan visual yang menyeramkan.
Proses produksi film ini juga menarik. Karena tidak memungkinkan untuk menyewa kereta sungguhan, MVP Pictures membangun replika gerbong di Studio Karnos dengan penggunaan green screen yang ekstensif. Kru produksi bekerja keras untuk menciptakan ilusi gerakan kereta, dengan detail seperti bayangan pohon yang berlalu untuk menambah realisme. Hana Malasan mengungkapkan bahwa kerja kolaboratif kru sangat membantu para aktor dalam membawakan adegan yang intens.
Pemeran dan Tema
Selain Hana Malasan dan Zara Leola, yang berhasil memerankan chemistry kakak-adik dengan emosional, film ini dibintangi oleh Putri Ayudya sebagai Ramla, yang menghadirkan performa kuat meski karakternya tuli dan minim dialog. Fadly Faisal, dalam debut horornya sebagai Tekun, menunjukkan potensi meski masih belajar dari para senior. Kiki Narendra sebagai Bara mewakili simbol keserakahan, sementara Ruth Marini sebagai Ratu Jin mencuri perhatian dengan penampilan singkat namun menyeramkan. Pemeran lain termasuk Yama Carlos (Santoso), Totos Rasiti (Sidik), Agnes Naomi, Emil Kusumo, dan lainnya.
Selain Hana Malasan dan Zara Leola, yang berhasil memerankan chemistry kakak-adik dengan emosional, film ini dibintangi oleh Putri Ayudya sebagai Ramla, yang menghadirkan performa kuat meski karakternya tuli dan minim dialog. Fadly Faisal, dalam debut horornya sebagai Tekun, menunjukkan potensi meski masih belajar dari para senior. Kiki Narendra sebagai Bara mewakili simbol keserakahan, sementara Ruth Marini sebagai Ratu Jin mencuri perhatian dengan penampilan singkat namun menyeramkan. Pemeran lain termasuk Yama Carlos (Santoso), Totos Rasiti (Sidik), Agnes Naomi, Emil Kusumo, dan lainnya.
Film ini tidak hanya tentang horor, tetapi juga menyampaikan pesan moral tentang keseimbangan alam, dampak keserakahan, dan ketimpangan sosial, yang terlihat dari perbedaan perlakuan antara gerbong VIP dan ekonomi. Namun, beberapa kritik menyoroti naskah yang kurang matang, dengan logika cerita yang kadang bertentangan, seperti durasi perjalanan tujuh jam yang terasa tidak realistis.
Perbandingan dengan Train to Busan
Kereta Berdarah sering disebut sebagai “Train to Busan versi Indonesia” karena latar kereta dan suasana mencekamnya. Namun, para pemeran dan kru menegaskan bahwa film ini memiliki identitas sendiri, dengan 90% adegan berlangsung di kereta (lebih intens dibandingkan Train to Busan) dan fokus pada teror supernatural, bukan zombie. Jika Train to Busan mengkritik individualisme dalam masyarakat modern, Kereta Berdarah lebih menyoroti isu lingkungan dan kearifan lokal. Meski begitu, beberapa penonton merasa film ini terlalu mencoba menyerupai Train to Busan, terutama dalam subplot kelas sosial yang kurang tergarap secara mendalam.
Kereta Berdarah sering disebut sebagai “Train to Busan versi Indonesia” karena latar kereta dan suasana mencekamnya. Namun, para pemeran dan kru menegaskan bahwa film ini memiliki identitas sendiri, dengan 90% adegan berlangsung di kereta (lebih intens dibandingkan Train to Busan) dan fokus pada teror supernatural, bukan zombie. Jika Train to Busan mengkritik individualisme dalam masyarakat modern, Kereta Berdarah lebih menyoroti isu lingkungan dan kearifan lokal. Meski begitu, beberapa penonton merasa film ini terlalu mencoba menyerupai Train to Busan, terutama dalam subplot kelas sosial yang kurang tergarap secara mendalam.
Kesimpulan
Kereta Berdarah adalah film horor yang ambisius dengan premis unik dan eksekusi visual yang kuat, meski memiliki kekurangan dalam pengembangan naskah dan logika cerita. Film ini berhasil menghadirkan teror yang menegangkan, didukung oleh akting solid dari para pemeran dan produksi yang detail. Dengan pesan lingkungan yang relevan dan elemen horor lokal yang kental, film ini layak ditonton bagi penggemar genre horor yang mencari pengalaman berbeda. Untuk pengalaman terbaik, saksikan secara legal di bioskop atau melalui Netflix.
Kereta Berdarah adalah film horor yang ambisius dengan premis unik dan eksekusi visual yang kuat, meski memiliki kekurangan dalam pengembangan naskah dan logika cerita. Film ini berhasil menghadirkan teror yang menegangkan, didukung oleh akting solid dari para pemeran dan produksi yang detail. Dengan pesan lingkungan yang relevan dan elemen horor lokal yang kental, film ini layak ditonton bagi penggemar genre horor yang mencari pengalaman berbeda. Untuk pengalaman terbaik, saksikan secara legal di bioskop atau melalui Netflix.
Lihat Film Lain
Produk Terkait
- Film
Bolt
- Film
Frozen
- Film
Big Hero 6
- Film
Zootopia
Community Rating




