Community Rating

blank
blank
blank
blank
blank
blank

Terrifier

“Terrifier” (2016) adalah film horor jenis slasher yang disutradarai oleh Damien Leone. Film ini berfokus pada karakter Art the Clown, seorang badut sadis dan psikopat yang menebar teror pada malam Halloween. Ceritanya mengikuti dua wanita, Tara dan Dawn, yang menjadi target Art setelah bertemu dengannya secara tak sengaja. Film ini dikenal karena kekerasan ekstrem, adegan gore yang sangat grafis, dan pembunuhan brutal yang dilakukan dengan cara kreatif namun mengerikan. Art the Clown tidak berbicara, tetapi menggunakan mimik dan gerakan untuk menciptakan suasana menyeramkan. Film ini lebih menekankan teror dan kekerasan ketimbang plot yang kompleks, menjadikannya favorit penggemar horor ekstrem. Durasi film sekitar 85 menit, dan ini adalah bagian dari waralaba yang berlanjut dengan sekuel seperti “Terrifier 2” dan “Terrifier 3”.

Kecocokan dengan Anak
Film “Terrifier” sama sekali tidak cocok untuk anak-anak dari segala usia. Berikut alasan utamanya:
  • Kekerasan Ekstrem: Film ini menampilkan pembunuhan sadis, mutilasi, dan adegan gore yang sangat eksplisit, seperti pemotongan tubuh, pengelupasan kulit, dan penyiksaan. Adegan-adegan ini bisa sangat mengganggu secara psikologis.
  • Konten Menakutkan: Karakter Art the Clown dirancang untuk menimbulkan ketakutan dengan penampilan dan perilaku yang mengerikan, termasuk jumpscare dan suasana intens.
  • Ketelanjangan dan Tema Dewasa: Terdapat ketelanjangan parsial dan referensi seksual yang tidak pantas untuk anak-anak.
  • Peringatan Resmi: Film ini tidak memiliki peringkat usia spesifik di beberapa wilayah (Not Rated), tetapi panduan orang tua mencatat kekerasan berat, ketelanjangan, dan elemen mengganggu. Di negara lain, film ini biasanya diberi rating 18+ karena kontennya yang ekstrem.

  • Dampak Psikologis: Banyak penonton dewasa melaporkan merasa terganggu, mual, atau bahkan pingsan saat menonton sekuelnya (Terrifier 2 dan 3), menunjukkan intensitas yang jelas tidak aman untuk anak-anak.

Rekomendasi: Film ini hanya ditujukan untuk penonton dewasa yang menyukai horor slasher ekstrem. Untuk anak-anak, pilihlah film animasi atau petualangan ramah keluarga seperti “Coco” atau “Toy Story” yang sesuai dengan usia mereka. Jika ingin tontonan bertema Halloween untuk anak, pertimbangkan film seperti “Hocus Pocus” atau “The Nightmare Before Christmas” untuk remaja dengan pengawasan orang tua.

This content is restricted!

Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.

Sinopsis Lengkap Film Terrifier (2016)

Terrifier adalah film horor slasher independen Amerika Serikat tahun 2016 yang ditulis, disutradarai, dan diproduseri oleh Damien Leone. Film ini merupakan pengembangan dari film pendek berjudul sama karya Leone pada tahun 2011 dan menampilkan karakter ikonik Art the Clown, yang sebelumnya muncul dalam film pendek The 9th Circle (2008) dan antologi All Hallows’ Eve (2013). Dengan anggaran produksi hanya sekitar $35.000, Terrifier mengusung gaya slasher klasik yang berfokus pada kekerasan grafis, efek praktis, dan atmosfer mencekam, tanpa banyak mengeksplorasi latar belakang cerita atau karakter. Film ini dibintangi oleh Jenna Kanell sebagai Tara Heyes, Samantha Scaffidi sebagai Victoria Heyes, Catherine Corcoran sebagai Dawn Emerson, dan David Howard Thornton sebagai Art the Clown, yang menjadi pusat teror sadis dalam film ini.
Alur Cerita
Film diawali dengan sebuah wawancara televisi yang menampilkan seorang wanita dengan wajah cacat parah, yang diketahui sebagai satu-satunya korban selamat dari pembantaian mengerikan pada malam Halloween sebelumnya. Wanita ini, yang kemudian terungkap sebagai Victoria Heyes, bersikeras bahwa pelaku pembantaian, Art the Clown, telah mati. Namun, pewawancara menyebutkan bahwa jasad Art misterius menghilang dari kamar mayat. Setelah wawancara, Victoria, yang tampaknya terganggu secara mental, menyerang dan membunuh pewawancara dengan cara brutal, menunjukkan dampak psikologis mendalam dari trauma yang dialaminya.
Cerita kemudian berpindah ke malam Halloween, di mana dua sahabat, Tara Heyes dan Dawn Emerson, baru saja pulang dari pesta kostum dalam keadaan sedikit mabuk. Saat berjalan di trotoar, mereka memperhatikan seorang pria aneh berpakaian badut dengan setelan hitam-putih, yang kemudian dikenal sebagai Art the Clown. Art membawa kantong plastik sampah besar yang berisi berbagai alat untuk menyiksa dan membunuh. Tara segera merasa tidak nyaman dengan kehadiran Art, yang menatap mereka dengan ekspresi menyeramkan, sementara Dawn justru menganggapnya lucu dan menggoda badut tersebut.
Untuk menghindari Art, Tara dan Dawn memutuskan untuk mampir ke sebuah kedai pizza terdekat. Di sana, Art mengikuti mereka dan duduk di meja seberang, terus memandangi Tara dengan perilaku aneh, seperti menggambar di meja dan menirukan gerakan pantomim. Tara semakin ketakutan, terutama setelah Art menulis namanya di meja dengan saus tomat. Dawn, yang masih menganggap ini sebagai lelucon, mengambil foto selfie dengan Art, yang tampak menikmati perhatian tersebut. Setelah meninggalkan kedai, Tara dan Dawn kembali ke mobil mereka, hanya untuk menemukan bahwa ban mobil Dawn telah kempes, kemungkinan besar akibat ulah Art.
Sementara Dawn menghubungi teman untuk meminta bantuan, Tara memutuskan untuk pergi ke sebuah gedung apartemen tua di dekatnya untuk menggunakan kamar mandi. Di gedung ini, mereka bertemu dengan beberapa karakter lain, termasuk seorang wanita eksentrik yang menyebut dirinya “The Cat Lady” (Pooya Mohseni) dan seorang petugas pemeliharaan bernama Mike (Matt McAllister). Tanpa sepengetahuan mereka, Art telah mengikuti mereka ke gedung tersebut dan mulai meneror siapa saja yang ditemuinya. Ia membunuh dengan cara yang sangat sadis dan kreatif, menggunakan alat-alat seperti gergaji, pisau, dan senjata api yang ia bawa dalam kantongnya.
Salah satu adegan paling brutal dalam film ini adalah pembunuhan Dawn, yang digantung terbalik oleh Art dan dibelah menjadi dua dengan gergaji secara perlahan, sebuah momen yang menonjol karena kekejaman dan efek praktisnya yang realistis. Tara, yang menyaksikan kengerian ini, berusaha melarikan diri dan melawan Art, menunjukkan sifatnya yang tangguh meskipun ketakutan. Namun, Art tampaknya memiliki kekuatan supernatural, karena ia mampu bertahan dari luka-luka fatal dan terus mengejar korbannya tanpa henti.
Sementara itu, Victoria, adik Tara, datang untuk menjemput mereka setelah menerima panggilan dari Dawn. Sayangnya, ia juga terjebak dalam teror Art. Setelah serangkaian peristiwa mengerikan, Tara akhirnya tewas di tangan Art, sementara Victoria menjadi satu-satunya yang selamat, meskipun dengan luka fisik dan mental yang parah. Art, yang tampaknya tewas setelah menembak dirinya sendiri di kepala, dibawa ke kamar mayat. Namun, di sana, ia secara misterius hidup kembali dan membunuh dokter otopsi sebelum melarikan diri, meninggalkan akhir yang terbuka dan menegaskan sifatnya sebagai entitas supernatural.
Karakter dan Tema
Terrifier sangat berfokus pada Art the Clown, yang digambarkan sebagai perwujudan kejahatan murni tanpa motif yang jelas. Tidak seperti pembunuh slasher klasik seperti Michael Myers atau Jason Voorhees, Art memiliki sisi teatrikal dan humor gelap, sering kali tersenyum, melambai, atau menari setelah melakukan pembunuhan sadis. Penampilan David Howard Thornton sebagai Art sangat dipuji karena kemampuannya menyampaikan teror tanpa sepatah kata pun, hanya mengandalkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh.
Karakter lain, seperti Tara dan Dawn, kurang dikembangkan, sebuah keputusan yang disesali oleh sutradara Damien Leone. Tara digambarkan sebagai karakter yang “scrappy” dan berani, tetapi latar belakangnya tidak banyak dieksplorasi. Dawn, di sisi lain, adalah karakter yang lebih ceroboh dan cenderung membuat keputusan buruk, yang sesuai dengan trope slasher klasik. Victoria, yang menjadi korban selamat, menunjukkan perubahan drastis dari gadis biasa menjadi sosok yang terganggu secara mental akibat trauma, yang menjadi benih untuk pengembangan karakternya di sekuel.
Tema utama Terrifier adalah kekerasan ekstrem dan teror psikologis, dengan sedikit penekanan pada narasi atau pengembangan karakter. Film ini tidak berusaha menjelaskan asal-usul Art atau motifnya, yang justru menambah aura misterius dan menakutkan dari karakternya. Beberapa penonton melihat Art sebagai metafora untuk kejahatan yang tidak dapat dijelaskan, sementara lainnya menganggapnya sebagai entitas kosmik atau iblis yang hanya ada untuk menyebarkan kekacauan.
Produksi dan Penerimaan
Terrifier diproduksi dengan anggaran sangat rendah dan mengandalkan efek praktis untuk menciptakan adegan gore yang realistis, yang menjadi salah satu daya tarik utama film ini. Damien Leone, yang juga seorang seniman efek khusus, merancang sendiri banyak efek, termasuk adegan pembunuhan brutal seperti kematian Dawn dengan gergaji. Film ini tayang perdana di Telluride Horror Show Film Festival pada 15 Oktober 2016 dan mendapat rilis terbatas di bioskop pada 2018 melalui Epic Pictures.
Penerimaan terhadap Terrifier cukup beragam. Kritikus memuji efek khusus, penampilan David Howard Thornton, dan atmosfer mencekamnya, tetapi mengkritik kurangnya narasi yang kuat, dialog yang lemah, dan karakter yang kurang berkembang. Meski begitu, film ini dengan cepat menjadi film kultus di kalangan penggemar horor, terutama karena karakter Art the Clown yang ikonik dan kekerasan grafis yang tidak berkompromi. Terrifier juga memicu diskusi tentang batasan kekerasan dalam film horor, dengan beberapa penonton menganggapnya terlalu ekstrem.
Fakta Tambahan
  • Durasi: 1 jam 25 menit
  • Genre: Horor, Slasher, Thriller, Gore
  • Peringkat Usia: Tidak memiliki peringkat resmi (Not Rated), tetapi direkomendasikan untuk usia 21+ karena kekerasan ekstrem dan ketelanjangan.
  • Inspirasi: Damien Leone mengambil inspirasi dari karakter slasher seperti Jason Voorhees, Michael Myers, dan Freddy Krueger, serta film Giallo Italia yang dikenal dengan kekerasan grafis dan atmosfernya.
  • Sekuel: Kesuksesan kultus Terrifier mengarah pada rilis Terrifier 2 (2022) dan Terrifier 3 (2024), yang memperluas mitologi Art the Clown dan mengeksplorasi karakter seperti Sienna Shaw sebagai protagonis utama.
Kesimpulan
Terrifier adalah film slasher yang tidak berusaha menyembunyikan niatnya: memberikan pengalaman horor yang brutal, berdarah, dan tanpa kompromi. Dengan Art the Clown sebagai pusat perhatian, film ini berhasil menciptakan ikon horor modern yang menyeramkan sekaligus karismatik. Meskipun kekurangan dalam pengembangan cerita dan karakter membuatnya kurang memuaskan bagi beberapa penonton, kekuatan film ini terletak pada efek praktis yang mengesankan, penampilan David Howard Thornton, dan keberaniannya untuk mendorong batasan genre slasher. Bagi penggemar horor ekstrem, Terrifier adalah perjalanan mengerikan yang tidak akan mudah dilupakan.

Community Rating

blank
blank
blank
blank
blank