Community Rating

blank
blank
blank
blank
blank
blank

Sewu Dino

“Sewu Dino” adalah film horor Indonesia tahun 2023 yang disutradarai oleh Kimo Stamboel, diadaptasi dari cerita viral karya SimpleMan di Twitter. Film ini mengisahkan Sri Rahayu (Mikha Tambayong), seorang wanita sederhana dari desa di Jawa Timur yang membutuhkan uang untuk pengobatan ayahnya yang sakit. Ia menerima tawaran pekerjaan dengan bayaran tinggi dari keluarga Atmodjo untuk merawat Della Atmodjo (Gisellma Firmansyah), cucu Mbah Karsa Atmodjo, yang terkena kutukan santet “Sewu Dino” (artinya “Seribu Hari” dalam bahasa Jawa).
Sri, bersama dua wanita lain, Erna (Givina Lukita Dewi) dan Dini (Agla Artalidia), ditugaskan melakukan ritual pemandian “Basuh Sedo” untuk menenangkan arwah jahat bernama Sengarturih yang merasuki Della. Mereka ditempatkan di sebuah gubuk terpencil di tengah hutan, yang dipagari secara mistis sehingga mereka tidak bisa kabur. Ritual ini harus dilakukan hingga hari ke-1000 untuk membebaskan Della dari kutukan, tetapi kegagalan bisa berakibat fatal bagi nyawa mereka. Cerita berkembang dengan teror mistis, pengkhianatan, dan konflik antara dua keluarga yang terlibat dalam perang santet, mengungkap rahasia kelam di balik kutukan tersebut.

Film ini menonjolkan elemen horor khas budaya Jawa, seperti santet, ritual mistis, dan weton (hari kelahiran khusus, Jumat Kliwon), dengan suasana mencekam yang diperkuat oleh sinematografi apik dan efek visual. Meski mengandalkan jumpscare dan beberapa elemen gore, cerita juga mengeksplorasi tema pengorbanan, dendam, dan ikatan mistis.

Kecocokan dengan Anak
“Sewu Dino” memiliki rating usia 13+ di Indonesia, yang berarti ditujukan untuk remaja dan dewasa. Berikut analisis kecocokannya untuk anak:
  • Konten dan Tema: Film ini mengandung unsur horor yang intens, termasuk adegan kerasukan, jumpscare, dan elemen gore (meskipun lebih terkendali dibandingkan karya Kimo Stamboel lainnya). Tema santet, ritual mistis, dan kematian mungkin terlalu menakutkan atau membingungkan bagi anak di bawah 13 tahun. Visual Della yang kerasukan, dengan tubuh pucat dan luka bernanah, serta suasana gubuk yang gelap, bisa memicu ketakutan atau mimpi buruk pada anak kecil.

  • Bahasa dan Budaya: Film ini menggunakan dialog campuran bahasa Indonesia dan Jawa, dengan elemen budaya Jawa yang kental (misalnya, weton dan ritual). Anak-anak mungkin sulit memahami konteks budaya atau dialog tertentu tanpa penjelasan tambahan, terutama jika tidak terbiasa dengan tradisi Jawa.
  • Kesesuaian Usia: Menurut ulasan, “Sewu Dino” dianggap “soft” untuk kategori horor dan cocok untuk penonton remaja karena ceritanya tidak terlalu rumit dan lebih menggelitik daripada menyeramkan seperti “KKN di Desa Penari”. Untuk remaja 13-15 tahun, film ini bisa dinikmati sebagai pengenalan horor ringan dengan bimbingan orang tua, terutama untuk mendiskusikan elemen budaya atau dampak emosional. Namun, untuk anak di bawah 10-12 tahun, film ini kurang sesuai karena potensi ketakutan dan tema mistis yang berat.

  • Pesan Moral: Cerita menyinggung tema pengorbanan (Sri membantu ayahnya) dan konsekuensi dendam (perang santet antar-keluarga). Ini bisa jadi bahan diskusi positif untuk remaja, tetapi anak yang lebih muda mungkin tidak menangkap pesan ini dan hanya fokus pada aspek horornya.
Rekomendasi:
  • Untuk Anak <12 Tahun: Tidak direkomendasikan karena adegan horor, jumpscare, dan tema mistis bisa terlalu menakutkan atau sulit dipahami.
  • Untuk Remaja 13-15 Tahun: Bisa ditonton dengan bimbingan orang tua untuk membantu menjelaskan konteks budaya dan mengelola dampak emosional. Pastikan anak nyaman dengan genre horor.
  • Catatan untuk Orang Tua: Jika anak sensitif terhadap horor atau memiliki ketakutan terhadap hal-hal mistis, sebaiknya hindari. Tonton terlebih dahulu untuk menilai kecocokan dengan kesiapan emosional anak.

This content is restricted!

Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.

Sinopsis Terlengkap Film Sewu Dino (2023)

Sewu Dino (bahasa Jawa: Seribu Hari) adalah film horor Indonesia yang dirilis pada 19 April 2023, disutradarai oleh Kimo Stamboel dan diadaptasi dari thread Twitter viral karya SimpleMan, yang juga diterbitkan sebagai novel. Film ini diproduksi oleh MD Pictures dengan anggaran sekitar Rp17-18 miliar dan menampilkan deretan aktor ternama seperti Mikha Tambayong (Sri), Gisellma Firmansyah (Dela Atmojo), Rio Dewanto (Sugik), Marthino Lio (Sabdo Kuncoro), Givina Lukita Dewi (Erna), Agla Artalidia (Dini), Karina Suwandi (Karsa Atmojo), Pritt Timothy (Mbah Tamin), dan Maryam Supraba (Yu Minah). Berlatarkan budaya Jawa yang kental dengan nuansa mistis, film ini mengisahkan teror santet Sewu Dino, sebuah kutukan mengerikan yang berlangsung selama seribu hari, dengan nyawa sebagai taruhannya. Berikut adalah sinopsis terlengkapnya:

Awal Cerita: Sri dan Kesulitan Ekonomi
Cerita berpusat pada Sri Rahayu, seorang perempuan muda dari desa di Jawa Timur pada tahun 2003, yang hidup dalam kemiskinan. Sri hanya tinggal bersama ayahnya yang sakit parah dan membutuhkan biaya pengobatan besar. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, Sri bekerja sebagai pelayan di warung milik Yu Minah, tetapi penghasilannya jauh dari cukup. Didorong oleh kebutuhan mendesak, Sri memutuskan untuk mencari pekerjaan dengan bayaran lebih tinggi. Suatu hari, Yu Minah memberikan selebaran lowongan pekerjaan dari keluarga Atmojo yang menawarkan gaji fantastis sebesar Rp10 juta per bulan, jauh di atas gaji asisten rumah tangga pada umumnya. Meski ragu karena tidak memiliki ijazah, Sri nekat melamar.
Sri menghadiri proses seleksi di sebuah agen penyalur tenaga kerja. Awalnya, ia merasa kecil hati melihat banyak pelamar lain yang lebih berkualifikasi. Namun, keberuntungan seolah berpihak padanya. Pemilik agen, yang kemudian diketahui sebagai perwakilan keluarga Atmojo, tampak tertarik saat mengetahui bahwa Sri lahir pada hari Jumat Kliwon, sebuah hari yang dianggap keramat dalam budaya Jawa. Tanpa banyak pertanyaan, Sri diterima bekerja, bersama dua perempuan lain, Erna dan Dini, yang juga ternyata lahir pada hari Jumat Kliwon. Ketiganya kemudian dijemput oleh Sugik, sopir keluarga Atmojo, dan dibawa ke sebuah lokasi misterius.

Tugas Mistis di Gubuk Terpencil
Sri, Erna, dan Dini dibawa ke sebuah gubuk tersembunyi di tengah hutan, jauh dari peradaban. Di sana, mereka bertemu Mbah Tamin, seorang dukun yang bekerja untuk keluarga Atmojo. Mbah Tamin memperkenalkan tugas mereka: merawat dan memandikan Dela Atmojo, cucu Mbah Karsa Atmojo, yang dalam kondisi koma akibat kutukan santet Sewu Dino (Seribu Hari). Kondisi Dela sangat mengenaskan—tubuhnya kurus, pucat, penuh luka bernanah, dan perutnya membesar seperti orang hamil, meski ia tampak seperti mayat hidup. Dela dikurung dalam keranda bambu kuning, dan gubuk tersebut dipagari secara mistis untuk mencegah roh jahat yang merasukinya, bernama Sengarturih, melarikan diri.
Mbah Tamin menjelaskan bahwa Sewu Dino adalah santet kuno yang sangat kejam, dirancang untuk menghabisi seluruh anggota keluarga target dalam seribu hari. Santet ini telah membunuh hampir seluruh keluarga Atmojo, dan Dela adalah korban terakhir yang masih bertahan. Untuk menenangkan Sengarturih, ketiga perempuan itu harus melakukan ritual Basuh Sedo (memandikan mayat) setiap hari dengan mengikuti petunjuk dari rekaman suara Mbah Karsa Atmojo. Ritual ini melibatkan air kembang dan pengikatan tangan serta kaki Dela dengan tali hitam untuk mencegah roh jahat mengambil alih. Namun, Basuh Sedo hanyalah solusi sementara. Satu-satunya cara untuk mematahkan kutukan adalah dengan menyelesaikan ritual khusus pada hari ke-1000, yang saat itu sudah tinggal empat hari lagi (hari ke-996).
Dini, yang sudah berpengalaman bekerja untuk keluarga Atmojo, memimpin ritual dan mengajari Sri dan Erna. Namun, Sri segera merasakan aura mencekam di gubuk tersebut. Bau busuk, suasana gelap, dan bisikan aneh mulai menghantui mereka. Mbah Tamin memperingatkan bahwa mereka tidak boleh meninggalkan gubuk sebelum tugas selesai, karena pagar mistis akan membunuh siapa saja yang mencoba kabur.

Teror Mistis dan Pengkhianatan
Hari demi hari, ketegangan meningkat. Selama ritual Basuh Sedo, Dela kadang menunjukkan tanda-tanda aneh, seperti tiba-tiba membuka mata, tertawa menyeramkan, atau berbicara dengan suara bukan miliknya. Suatu malam, Sri membuat kesalahan fatal: ia lupa mengikat tangan Dela saat memandikan. Dela tiba-tiba bangkit, melotot, dan berkata bahwa Sri, Erna, dan Dini akan bernasib sama seperti dirinya jika tetap tinggal. Kejadian ini membuat Sri dan Erna ketakutan, sementara Dini berusaha menenangkan mereka, meski ia sendiri tampak menyimpan rahasia.
Ketegangan memuncak ketika Sri menemukan fakta mengejutkan: mereka semua direkrut bukan hanya untuk merawat Dela, tetapi juga sebagai bagian dari perjanjian mistis. Keluarga Atmojo sengaja memilih mereka karena kelahiran mereka di Jumat Kliwon, yang dianggap memiliki energi khusus untuk menahan Sengarturih. Lebih mengerikan lagi, Sri menyadari bahwa mereka adalah “tumbal” untuk menyelamatkan Dela. Jika ritual pada hari ke-1000 gagal, nyawa mereka akan menjadi taruhan.
Di tengah teror, konflik internal muncul. Erna, yang ternyata memiliki motif tersembunyi, diketahui sebagai mata-mata dari keluarga Kuncoro, musuh bebuyutan keluarga Atmojo. Dalam novel dan thread asli, Erna berusaha membunuh Sri dengan memanipulasi Sengarturih, meskipun subplot ini dihilangkan dalam adaptasi film. Sementara itu, Dini mulai menunjukkan tanda-tanda trauma dari pengalaman sebelumnya, membuat Sri semakin curiga bahwa ada rahasia besar yang disembunyikan keluarga Atmojo.

Perang Santet dan Klimaks pada Hari Ke-1000
Cerita kemudian mengungkap latar belakang Sewu Dino: kutukan ini adalah bagian dari perang santet antara keluarga Atmojo dan keluarga Kuncoro, dua keluarga terpandang di Jawa Timur yang berseteru demi kekuasaan dan kehormatan. Santet Sewu Dino sengaja dikirim oleh keluarga Kuncoro untuk menghabisi keturunan Atmojo, dengan Dela sebagai target terakhir. Namun, keluarga Atmojo juga memiliki rahasia gelap: mereka terlibat dalam praktik ilmu hitam untuk mempertahankan kekayaan dan kekuasaan, yang memicu dendam keluarga Kuncoro.
Pada hari ke-1000, ketegangan mencapai puncak. Sri, yang kini memahami bahwa nyawanya terancam, berusaha melawan nasib. Bersama Erna dan Dini (meski dengan konflik internal), mereka menghadapi teror Sengarturih yang semakin kuat. Ritual terakhir melibatkan konfrontasi langsung dengan roh jahat tersebut, dengan bantuan Mbah Tamin dan petunjuk dari Mbah Karsa. Dalam prosesnya, Sri bertemu Sabdo Kuncoro, anggota keluarga Kuncoro yang memiliki peran kunci dalam kutukan ini. Adegan klimaks menampilkan pertarungan mistis yang penuh ketegangan, dengan elemen gore khas Kimo Stamboel, meski beberapa penonton merasa versi film kurang menyeramkan dibandingkan novel.

Akhir Cerita dan Misteri yang Tersisa
Tanpa mengungkap spoiler penuh, akhir cerita Sewu Dino meninggalkan beberapa pertanyaan terbuka, terutama terkait nasib Sri, Erna, Dini, dan keluarga Atmojo. Film ini juga menghubungkan ceritanya dengan Trah Pitu Lakon, sebuah konsep fiktif tentang tujuh keluarga Jawa yang terlibat dalam praktik mistis, yang menjadi benang merah dalam karya-karya SimpleMan lainnya, seperti Janur Ireng dan Rogot Nyowo. Post-credit scene film ini, yang pertama kali ditampilkan dalam KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni, memberikan petunjuk tentang kelanjutan kisah keluarga Atmojo dan Sengarturih, mengisyaratkan potensi sekuel.

Tema dan Nuansa Film
Sewu Dino menonjol dengan nuansa mistis Jawa yang kental, termasuk dialog dalam bahasa Jawa Timur (dengan subtitle bahasa Indonesia) dan penggambaran ritual kuno seperti Basuh Sedo. Film ini mengangkat tema santet, dendam antar-keluarga, dan pengorbanan, dengan atmosfer mencekam yang diperkuat oleh sinematografi gelap dan scoring yang menegangkan. Meski begitu, beberapa penonton dan kritikus, seperti yang diungkapkan dalam ulasan Showpoiler, merasa adaptasi film kurang setia pada thread dan novel asli, terutama karena penghilangan beberapa subplot penting (seperti pengkhianatan Erna) dan kurangnya intensitas gore yang diharapkan dari Kimo Stamboel.

Kesuksesan dan Dampak
Sewu Dino sukses besar di box office, mencatatkan 187.000 penonton pada hari pertama dan melampaui 4,3 juta penonton hingga Mei 2023, menjadikannya film Indonesia terlaris pada musim Lebaran 2023, mengalahkan film seperti Buya Hamka dan Khanzab. Film ini juga mendapat perhatian karena proses syutingnya yang cepat (40 hari, dari 10 Desember 2022 hingga 18 Januari 2023) dan penggunaan set khusus di Yogyakarta. Keberhasilan Sewu Dino memperkuat posisi SimpleMan sebagai penutur kisah horor berbasis budaya Jawa dan MD Pictures sebagai rumah produksi film horor terkemuka di Indonesia.

Community Rating

blank
blank
blank
blank
blank