
Community Rating






Perempuan Tanah Jahanam
Kecocokan dengan Tontonan Anak
- Rating dan Peringatan Resmi: Film ini memiliki rating 17+ (dewasa) karena konten yang mengganggu, seperti kekerasan, darah, dan tema horor yang intens. Sutradara Joko Anwar dan pihak lain secara eksplisit menyatakan bahwa film ini bukan untuk anak kecil.
- Konten Sensitif: Film ini mengandung adegan berdarah, jump-scare, dan penggambaran kematian bayi serta janin, yang dapat sangat mengganggu dan tidak pantas untuk penonton muda.
- Tema dan Suasana: Cerita yang berfokus pada kutukan, ilmu hitam, dan pengorbanan manusia menciptakan suasana mencekam yang tidak sesuai untuk anak-anak, bahkan jika mereka didampingi orang tua. Dialog awal saja sudah menunjukkan bahwa film ini ditujukan untuk penonton dewasa.
- Rekomendasi Usia: Ulasan menyebutkan bahwa film ini tidak cocok untuk penonton di bawah usia yang memiliki KTP (17 tahun ke atas), menegaskan bahwa orang tua perlu memperhatikan rating sebelum membawa anak menonton.
“Perempuan Tanah Jahanam” adalah film horor berkualitas dengan narasi kuat dan produksi ambisius, namun sama sekali tidak sesuai untuk anak-anak karena konten kekerasan, tema gelap, dan rating 17+. Orang tua disarankan untuk memilih tontonan yang lebih ramah anak, seperti film animasi atau petualangan keluarga. Jika mencari film Indonesia yang lebih cocok untuk anak, pertimbangkan film seperti Laskar Pelangi atau Petualangan Sherina.
This content is restricted!
Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.
Sinopsis Lengkap Perempuan Tanah Jahanam
Perempuan Tanah Jahanam (judul internasional: Impetigore) adalah film horor psikologis Indonesia yang disutradarai dan ditulis oleh Joko Anwar. Dirilis pada 17 Oktober 2019, film ini mengusung tema misteri keluarga, kutukan, dan budaya lokal Jawa, khususnya melalui elemen wayang kulit. Dibintangi oleh Tara Basro, Marissa Anita, Christine Hakim, Ario Bayu, dan Asmara Abigail, film ini menggabungkan horor gore dengan narasi emosional tentang pencarian identitas dan warisan kelam. Berikut sinopsis terlengkap berdasarkan informasi yang tersedia.
Awal Cerita: Kehidupan Maya dan Dini
Cerita dimulai dengan Maya (Tara Basro), seorang wanita muda yang berjuang bertahan hidup di Jakarta bersama sahabat karibnya, Dini (Marissa Anita). Keduanya bekerja sebagai kasir gerbang tol dan menjalani hidup penuh kesulitan, termasuk kegagalan berulang dalam bisnis pakaian yang mereka rintis untuk memperbaiki nasib. Maya tidak memiliki keluarga di Jakarta, menjadikan Dini sebagai sosok terpenting dalam hidupnya.
Suatu malam, saat bertugas di gerbang tol, Maya bercerita kepada Dini melalui telepon tentang seorang pengemudi misterius yang sering melintas dengan tatapan tajam, membuatnya merasa tidak nyaman. Di tengah percakapan, pengemudi tersebut kembali muncul, mengamati Maya dengan saksama. Setelah bertanya beberapa hal, pengemudi itu tiba-tiba mengambil golok dari mobilnya dan menyerang Maya. Dalam kepanikan, Maya berhasil melarikan diri, namun insiden ini meninggalkan trauma dan pertanyaan besar.
Perjalanan ke Desa Harjosari
Setelah serangan itu, Maya mendapat informasi bahwa ia mungkin memiliki warisan dari keluarganya di Desa Harjosari, sebuah desa terpencil di Jawa Timur. Rumah besar yang ditinggalkan keluarganya bisa menjadi modal untuk memulai hidup baru. Meski Maya ragu, Dini bersikeras ikut, dan keduanya memutuskan untuk pergi ke desa tersebut. Mereka tiba di Harjosari dan menemukan sebuah rumah tua yang kosong, menyeramkan, dan dipenuhi aura misterius. Desa itu sendiri terasa aneh: warga bersikap tertutup, dan banyak kuburan anak-anak tersebar di sekitar wilayah tersebut.
Di desa, Maya dan Dini bertemu dengan Ratih (Asmara Abigail), seorang pemilik warung makan yang tampak ramah. Ratih menjelaskan bahwa rumah tua itu dulunya milik Donowongso, seorang juragan kaya sekaligus dalang wayang kulit terkenal. Donowongso memiliki anak yang lahir tanpa kulit akibat kutukan, dan untuk menyembuhkannya, ia membuat perjanjian dengan iblis. Ritual mengerikan yang melibatkan pengorbanan manusia menjadi bagian dari sejarah kelam desa tersebut.
Misteri Keluarga dan Ritual Mengerikan
Maya mulai menyelidiki warisan keluarganya dan mendapati bahwa ia adalah Rahayu, pewaris tunggal rumah tua tersebut. Namun, kebenaran ini membawa bahaya. Warga desa, yang dipimpin oleh Ki Saptadi (Ario Bayu), kepala desa, dan ibunya, Nyi Misni (Christine Hakim), seorang wanita tua yang disegani sekaligus ditakuti, tampaknya menyimpan rahasia kelam. Mereka mencurigai Maya dan Dini, terutama setelah Dini, dalam situasi panik, mengaku sebagai Rahayu untuk melindungi Maya.
Tragedi terjadi ketika Dini dijebak oleh dua warga suruhan Ki Saptadi. Ia dibawa ke hutan untuk ritual ilmu hitam, di mana ia digantung terbalik, digorok, dan dikuliti oleh Nyi Misni. Kulit Dini digunakan untuk membuat wayang kulit, sebagai bagian dari ritual untuk menghapus kutukan yang membuat anak-anak di desa lahir tanpa kulit. Maya, yang kehilangan sahabatnya, mulai menyadari bahwa desa ini terperangkap dalam lingkaran kutukan yang berhubungan dengan keluarganya.
Pengungkapan Rahasia Kelam
Maya berusaha mencari jawaban dengan berbicara pada warga, termasuk Ratih, yang mengungkapkan lebih banyak tentang Donowongso. Ternyata, Donowongso adalah ayah Maya, dan Nyi Misni adalah neneknya. Donowongso, yang juga ayah Ki Saptadi, terlibat dalam hubungan terlarang dengan Nyi Misni, yang saat itu adalah abdi dalemnya. Nyi Misni menjadi dalang di balik ritual-ritual mengerikan untuk menjaga kutukan tetap terkendali, termasuk pengorbanan nyawa manusia.
Maya juga menemukan bahwa ia adalah bagian dari kutukan tersebut. Keluarganya terhubung dengan perjanjian iblis yang dibuat Donowongso, dan warga desa percaya bahwa kematian Maya (atau Rahayu) akan mengakhiri kutukan. Dalam perjuangannya untuk bertahan hidup, Maya menghadapi makhluk gaib, seperti pocong, dan teror psikologis dari warga desa yang semakin agresif. Suatu malam, Maya mendengar jeritan seorang wanita yang melahirkan dan menyaksikan kelahiran bayi tanpa kulit, memperkuat kengerian yang ia alami.
Klimaks dan Pelarian
Dengan bantuan Ratih, yang ternyata memiliki simpati pada Maya, ia berhasil melepaskan diri dari ikatan saat warga bersiap mengorbankannya. Ratih meminta Maya melarikan diri, namun menolak ikut karena merasa hidupnya tidak lagi berarti. Maya meninggalkan desa dengan menumpang truk sayur, meninggalkan Harjosari yang penuh kengerian. Warga desa bersuka cita, percaya kutukan telah berakhir setelah ritual terakhir.
Epilog: Kutukan yang Belum Usai
Setahun kemudian, desa Harjosari tampak kembali normal. Seorang polisi lokal, yang sebelumnya membunuh seorang penarik delman, sedang menantikan kelahiran anak pertamanya. Namun, istrinya melihat penampakan Nyi Misni di cermin kamar mandi dan menjerit histeris. Ketika polisi datang, ia menemukan istrinya berlumur darah, dan bayi yang baru lahir telah dimakan hidup-hidup oleh arwah Nyi Misni, yang kini menjadi roh penasaran. Film berakhir dengan nada kelam, menunjukkan bahwa kutukan belum sepenuhnya hilang.
Tema dan Nuansa
Perempuan Tanah Jahanam mengusung horor psikologis yang dibangun melalui ketegangan emosional dan misteri yang terungkap perlahan, bukan hanya melalui jumpscare. Film ini mengeksplorasi tema keluarga, pengorbanan, dan konsekuensi dari dosa masa lalu. Unsur budaya Jawa, seperti wayang kulit dan ritual mistis, menambah kedalaman cerita, sementara pengambilan gambar di lokasi asli seperti rumah tua kosong dan desa terpencil di Banyuwangi menciptakan atmosfer otentik dan mencekam. Akting kuat dari para pemeran, terutama Tara Basro dan Christine Hakim, serta penyutradaraan Joko Anwar yang matang, menjadikan film ini salah satu karya horor Indonesia terbaik, yang juga meraih 6 Piala Citra di FFI 2020 dan mewakili Indonesia di seleksi Oscar 2021.
Film ini tersedia untuk ditonton di platform streaming seperti Netflix dan tetap relevan sebagai karya yang menggabungkan horor, budaya, dan narasi emosional yang kuat.
Lihat Film Lain
Produk Terkait
- Film
Trolls
- Film
Sing
- Film
Wreck-It Ralph
Community Rating




