
Community Rating






The Boy and the Heron
“The Boy and the Heron” (judul asli dalam bahasa Jepang: Kimitachi wa Dō Ikiru ka, atau “How Do You Live?”) adalah film animasi Jepang yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki dan diproduksi oleh Studio Ghibli. Film ini dirilis pada tahun 2023 dan merupakan karya terbaru dari Miyazaki, yang dikenal dengan animasi penuh imajinasi dan mendalam seperti Spirited Away dan My Neighbor Totoro. Ceritanya terinspirasi dari novel karya Genzaburo Yoshino dengan judul yang sama, tetapi Miyazaki mengadaptasinya dengan pendekatan yang lebih personal dan simbolis.
Film ini mengisahkan Mahito Maki,少年 (shōnen, “pemuda”) yang kehilangan ibunya dalam kebakaran selama Perang Dunia II. Setelah kematian ibunya, ayahnya menikah lagi dengan adik iparnya, dan Mahito pindah ke pedesaan. Di sana, ia bertemu dengan seekor burung heron abu-abu misterius yang membawanya ke dunia fantastis. Dalam perjalanan ini, Mahito menghadapi petualangan yang penuh dengan makna tentang kehilangan, penerimaan, dan pencarian jati diri. Visualnya khas Ghibli: indah, detail, dan sarat dengan elemen alam serta makhluk-makhluk aneh.
Kecocokan dengan Tontonan Anak
Meskipun film ini adalah animasi dan berasal dari Studio Ghibli, yang sering diasosiasikan dengan tontonan keluarga, “The Boy and the Heron” tidak sepenuhnya cocok untuk semua anak, terutama yang masih sangat muda. Berikut beberapa pertimbangan:
- Tema Berat: Film ini membahas topik seperti kematian, duka, dan trauma dengan cara yang mendalam dan simbolis. Anak-anak di bawah usia 10 tahun mungkin kesulitan memahami makna emosionalnya atau merasa terganggu oleh suasana melankolisnya.
- Narasi Kompleks: Tidak seperti beberapa karya Ghibli yang lebih ringan seperti Ponyo, film ini memiliki alur yang lebih lambat dan penuh metafora, yang mungkin membingungkan anak-anak yang terbiasa dengan cerita sederhana dan cepat.
- Adegan Intens: Ada beberapa momen yang cukup menegangkan atau sureal, seperti dunia alternatif yang penuh dengan makhluk aneh dan situasi yang membingungkan, yang bisa membuat anak-anak merasa takut atau tidak nyaman.
- Usia yang Direkomendasikan: Film ini lebih cocok untuk anak-anak yang lebih besar (usia 12 tahun ke atas) atau remaja yang sudah bisa mengapresiasi cerita dengan lapisan emosi dan filosofis. Untuk anak yang lebih kecil, pendampingan orang tua sangat disarankan agar mereka bisa mendiskusikan makna ceritanya.
Secara keseluruhan, “The Boy and the Heron” adalah karya seni yang luar biasa dengan pesan yang kuat tentang kehidupan, tetapi lebih ditujukan untuk penonton yang bisa merenungkan temanya—baik remaja maupun orang dewasa—daripada anak-anak kecil yang mencari hiburan ringan. Jika anak Anda sensitif atau belum terbiasa dengan narasi yang kompleks, mungkin lebih baik memilih karya Ghibli lain seperti Kiki’s Delivery Service untuk pengalaman yang lebih ramah anak.
This content is restricted!
Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.
Sinopsis Terlengkap: The Boy and the Heron (Kimitachi wa Dō Ikiru ka)
The Boy and the Heron adalah film animasi Jepang karya sutradara legendaris Hayao Miyazaki dan diproduksi oleh Studio Ghibli. Dirilis pada tahun 2023, film ini merupakan karya semi-autobiografis yang terinspirasi dari novel karya Genzaburo Yoshino berjudul How Do You Live?. Film ini menggabungkan elemen fantasi, petualangan, dan refleksi mendalam tentang kehidupan, kehilangan, dan penerimaan diri. Berikut adalah sinopsis terlengkap dari film ini:
Latar Belakang dan Awal Cerita
Cerita berpusat pada Mahito Maki, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang hidup di Jepang pada masa Perang Dunia II, sekitar tahun 1943. Film dibuka dengan tragedi yang mengguncang hidup Mahito: ibunya, Hisako, tewas dalam kebakaran rumah sakit akibat serangan udara di Tokyo. Kehilangan ibu yang sangat dicintainya membuat Mahito tenggelam dalam kesedihan dan kesulitan memproses duka. Ayahnya, Shoichi, seorang pengusaha kaya yang memiliki pabrik suku cadang pesawat tempur, menikah lagi dengan Natsuko, adik kandung Hisako. Hubungan ini membuat Mahito merasa canggung dan sulit menerima Natsuko sebagai ibu barunya.
Untuk menjauhkan Mahito dari hiruk-pikuk perang di kota, Shoichi memindahkan keluarganya ke pedesaan, ke sebuah perkebunan besar milik keluarga Natsuko. Di rumah baru ini, Mahito merasa semakin terisolasi. Dia berjuang untuk beradaptasi dengan lingkungan asing, teman-teman sekolah yang tidak ramah, dan kehadiran Natsuko yang mengingatkannya pada ibunya. Di tengah kesepiannya, Mahito mulai memperhatikan burung bangau abu-abu misterius yang tampak mengamatinya dari kejauhan. Bangau ini, yang kemudian diketahui bukan sekadar burung biasa, menjadi kunci petualangan fantastis Mahito.
Perjalanan ke Dunia Lain
Suatu hari, Mahito menemukan Natsuko menghilang secara misterius ke dalam hutan dekat perkebunan. Saat mencarinya, dia dipandu oleh bangau abu-abu, yang ternyata bisa berbicara dan mengaku sebagai makhluk yang mengetahui rahasia dunia lain. Bangau ini membawa Mahito ke sebuah menara kuno yang tersembunyi di hutan, sebuah bangunan misterius yang konon dibangun oleh kakek buyut Mahito, seorang penyihir eksentrik yang terobsesi dengan dunia gaib. Menara ini adalah gerbang menuju dunia lain, sebuah alam fantasi yang penuh keajaiban sekaligus bahaya.
Di dalam menara, Mahito memasuki dunia paralel yang aneh dan surreal, dipenuhi dengan makhluk-makhluk fantastis seperti burung paruh besar yang rakus, roh-roh kecil bernama Warawara yang melambangkan jiwa yang belum lahir, dan seorang penyihir tua yang mengaku sebagai “Paman Agung” (Great Uncle), penguasa dunia tersebut. Dunia ini tidak hanya indah tetapi juga kacau, dengan aturan yang tidak selalu masuk akal dan ancaman yang mengintai di setiap sudut. Mahito juga bertemu dengan dua karakter penting: Kiriko, seorang pelaut wanita yang tangguh, dan Himi, seorang gadis misterius dengan kekuatan api yang memiliki hubungan erat dengan masa lalu Mahito.
Petualangan dan Pencarian Makna
Petualangan Mahito di dunia ini adalah perjalanan untuk menemukan Natsuko, tetapi juga menjadi refleksi atas luka batinnya. Sepanjang perjalanan, dia menghadapi berbagai tantangan yang menguji keberanian, ketahanan, dan kemampuannya untuk menerima kenyataan. Bangau abu-abu, yang berperan sebagai pemandu sekaligus penggoda, sering kali memberikan petunjuk samar dan sindiran yang memaksa Mahito untuk berpikir sendiri. Melalui interaksinya dengan Kiriko, Himi, dan makhluk lain, Mahito mulai memahami bahwa dunia ini adalah cerminan dari emosi dan kenangan manusia, termasuk miliknya sendiri.
Salah satu tema sentral film adalah bagaimana Mahito belajar menghadapi kehilangan. Dia dihadapkan pada kenangan tentang ibunya dan rahasia keluarganya yang terungkap melalui Himi dan Paman Agung. Paman Agung, yang mengendalikan dunia ini dengan tumpukan batu ajaib, menawarkan Mahito kesempatan untuk membangun dunia baru yang “sempurna” tanpa penderitaan. Namun, tawaran ini datang dengan harga: Mahito harus melepaskan kemanusiaannya dan ikatan dengan dunia nyata. Keputusan Mahito terhadap tawaran ini menjadi puncak emosional cerita, di mana dia harus memilih antara melarikan diri dari rasa sakit atau menerima ketidaksempurnaan hidup.
Klimaks dan Penutup
Di klimaks cerita, Mahito menghadapi krisis besar ketika dunia fantasi mulai runtuh akibat ketidakseimbangan yang diciptakan oleh Paman Agung. Dengan bantuan Himi, Kiriko, dan bahkan bangau abu-abu, Mahito berhasil menemukan Natsuko dan membawanya kembali ke dunia nyata. Namun, perjalanan ini juga memaksanya untuk mengucapkan selamat tinggal pada sosok-sosok yang telah membantunya, termasuk Himi, yang memiliki hubungan mendalam dengan masa lalu Mahito.
Kembali ke dunia nyata, Mahito berubah menjadi pribadi yang lebih dewasa dan penuh pengertian. Dia mulai membuka hati untuk Natsuko dan menerima kehidupan barunya, meskipun masih membawa luka atas kehilangan ibunya. Film ditutup dengan nada yang pahit namun penuh harapan, menekankan bahwa hidup adalah perpaduan antara keindahan dan kesedihan, dan keberanian untuk terus melangkah adalah inti dari keberadaan manusia.
Tema dan Simbolisme
The Boy and the Heron kaya akan tema dan simbolisme. Film ini mengeksplorasi duka, penerimaan diri, dan pencarian makna hidup di tengah ketidakpastian. Menara dan dunia fantasi melambangkan pikiran bawah sadar Mahito, tempat dia memproses trauma dan emosinya. Bangau abu-abu, dengan sifatnya yang ambigu, mencerminkan dualitas antara bimbingan dan godaan. Warawara, roh-roh kecil yang naif, melambangkan harapan dan kelahiran kembali, sementara burung paruh besar mewakili sifat destruktif dari keserakahan dan ketidakseimbangan.
Secara visual, film ini memukau dengan animasi khas Studio Ghibli yang detail dan penuh warna. Desain dunia fantasi yang surreal, mulai dari lautan yang berubah-ubah hingga istana batu yang megah, menciptakan suasana magis yang memikat. Musik karya Joe Hisaishi menambah lapisan emosional, dengan nada-nada yang lembut namun menghantui.
Kesimpulan
The Boy and the Heron adalah karya mendalam yang mengajak penonton untuk merenungkan makna hidup melalui mata seorang anak yang sedang berjuang dengan kehilangan. Dengan narasi yang penuh lapisan, karakter yang kompleks, dan dunia fantasi yang memukau, film ini tidak hanya menjadi salah satu karya terbaik Hayao Miyazaki, tetapi juga sebuah testament atas kekuatan cerita untuk menyembuhkan dan menginspirasi. Bagi Mahito, dan juga penonton, film ini adalah pengingat bahwa meskipun hidup penuh dengan luka, keberanian untuk terus hidup dengan penuh kasih adalah pilihan yang paling berarti.
Lihat Film Lain
Produk Terkait
Community Rating




