Search
Close this search box.

Review Film: Percy Jackson: Sea of Monsters (2013)

Percy Jackson: Sea of Monsters adalah film kedua dalam seri Percy Jackson, diadaptasi dari novel Percy Jackson & The Olympians: The Sea of Monsters karya Rick Riordan. Film ini melanjutkan petualangan Percy, seorang remaja setengah dewa (demigod) yang berusaha menemukan Golden Fleece (Bulu Domba Emas) untuk menyelamatkan kamp pelatihan bagi para demigod dari kehancuran.

Sinopsis: Kisah dimulai ketika Camp Half-Blood, tempat pelatihan bagi anak-anak dewa-dewi Yunani, terancam bahaya. Pohon Thalia, yang menjaga perbatasan kamp, diracuni, dan hanya Golden Fleece yang bisa menyembuhkannya. Percy Jackson (Logan Lerman), bersama teman-temannya Annabeth (Alexandra Daddario), Grover (Brandon T. Jackson), dan saudara tirinya yang merupakan cyclops, Tyson (Douglas Smith), memulai perjalanan untuk menemukan Golden Fleece di Sea of Monsters (Lautan Monster), juga dikenal sebagai Segitiga Bermuda. Sepanjang petualangan mereka, Percy harus menghadapi banyak bahaya, termasuk musuh bebuyutannya, Luke (Jake Abel), yang mencoba membangkitkan dewa jahat, Kronos.

Kualitas Film: Film ini menampilkan banyak aksi dan efek visual yang mengesankan, terutama dalam menggambarkan makhluk-makhluk mitologis dan pertempuran epik. Meski begitu, dibandingkan dengan buku aslinya, banyak penggemar merasa bahwa adaptasi ini kurang berhasil menangkap kompleksitas cerita. Beberapa karakter dan alur cerita disederhanakan, dan ada perubahan signifikan dalam narasi yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi pembaca setia.

Secara umum, Sea of Monsters berusaha untuk menggabungkan elemen petualangan, humor, dan mitologi Yunani untuk menghibur penonton. Namun, beberapa aspek cerita terasa kurang mendalam dan terburu-buru.

Kecocokan dengan Tontonan Anak-Anak

  1. Usia yang Direkomendasikan: Film ini memiliki rating PG (Parental Guidance), yang berarti disarankan bagi anak-anak dengan pengawasan orang tua. Secara umum, film ini cocok untuk penonton berusia 8 tahun ke atas, terutama karena mengandung beberapa adegan aksi yang menegangkan dan makhluk-makhluk yang mungkin menakutkan bagi anak-anak yang lebih muda.
  2. Konten Kekerasan: Ada beberapa adegan pertempuran antara demigod dan makhluk mitologi, tetapi kekerasannya tidak eksplisit atau berdarah. Sebagian besar aksinya lebih bersifat fantasi, dengan efek visual yang mendominasi.
  3. Tema Moral: Film ini menonjolkan tema-tema persahabatan, keberanian, dan pentingnya bekerja sama. Ada pesan positif tentang menerima perbedaan, seperti hubungan Percy dengan saudara tirinya, Tyson, yang merupakan cyclops. Anak-anak juga bisa belajar tentang mitologi Yunani melalui film ini, meskipun dengan beberapa penyederhanaan dan perubahan dari cerita aslinya.
  4. Kekhawatiran untuk Orang Tua: Beberapa karakter atau makhluk, seperti monster dan ancaman besar dari dewa jahat Kronos, mungkin terlihat menakutkan bagi anak-anak yang lebih muda. Selain itu, meski film ini tidak memiliki bahasa kasar atau tema dewasa, pengawasan orang tua tetap disarankan, terutama jika anak-anak belum terbiasa dengan cerita-cerita mitologi.

Kesimpulan

Percy Jackson: Sea of Monsters adalah film petualangan yang cocok untuk penonton anak-anak, terutama mereka yang menyukai cerita fantasi dan mitologi. Meskipun film ini mengandung adegan aksi yang cukup intens, elemen-elemen fantasi dan pesan moralnya menjadikannya pilihan yang baik untuk tontonan keluarga, asalkan anak-anak berada dalam pengawasan orang tua. Bagi anak-anak yang sudah familiar dengan mitologi Yunani atau penggemar seri bukunya, film ini dapat menjadi pengalaman hiburan yang menyenangkan.

digitalMamaID menghadirkan Screen Score sebagai wadah bagi orang tua untuk mereview konten digital anak. Ulasan dan penilaian ini akan menjadi panduan yang berharga bagi orangtua lainnya dalam menciptakan ruang digital yang aman bagi anak.

Artikel Terpopuler