Community Rating

blank
blank
blank
blank
blank
blank

KKN di Desa Penari

“KKN di Desa Penari” adalah film horor supranatural Indonesia tahun 2022 yang disutradarai oleh Awi Suryadi, diadaptasi dari utas Twitter viral karya SimpleMan yang kemudian ditulis ulang sebagai novel. Film ini mengisahkan enam mahasiswa—Nur, Widya, Ayu, Bima, Anton, dan Wahyu—yang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil di Jawa Timur pada tahun 2009. Desa tersebut, yang disebut sebagai “Desa Penari,” menyimpan misteri terkait sosok penari Jawa bernama Badarawuhi, roh yang menguasai desa. Kepala desa, Pak Prabu, memperingatkan mereka untuk tidak melewati gapura terlarang menuju Tapak Tilas, namun pelanggaran aturan ini memicu serangkaian kejadian mistis. Film ini menampilkan elemen budaya Jawa, seperti gamelan dan tarian tradisional, dengan suasana horor yang dibangun melalui jumpscare, musik tegang, dan visual mistis. Ada dua versi: versi “cut” (durasi lebih pendek) dan versi “uncut” (lebih panjang dengan adegan tambahan, termasuk unsur erotis). Film ini menjadi film terlaris dalam sejarah Indonesia dengan 9,2 juta penonton.

Kecocokan untuk Tontonan Anak

Film ini tidak cocok untuk anak-anak. Berikut alasannya:
  1. Konten Horor dan Menakutkan: Film ini mengandung adegan seram seperti penampakan hantu, posesif roh, dan kematian tragis (misalnya, kematian misterius Bima dan Ayu), yang dapat menyebabkan ketakutan atau trauma pada anak-anak.
  2. Unsur Dewasa: Versi uncut (untuk usia 17+) menyertakan adegan erotis, seperti hubungan intim antara karakter, yang tidak pantas untuk penonton muda. Bahkan versi cut (untuk usia 13+) tetap mengandung elemen menyeramkan dan tema kompleks seperti pelanggaran adat dan konsekuensi mistis.
  3. Tema dan Moral yang Rumit: Cerita ini membahas pelanggaran norma budaya, pengkhianatan, dan konsekuensi fatal, yang sulit dipahami anak-anak dan lebih ditujukan untuk penonton dewasa.
  4. Efek Visual dan Suara: Penggunaan jumpscare, musik gamelan yang menegangkan, dan visual seperti bangkai monyet atau karakter yang dirasuki dapat mengganggu anak-anak secara emosional.
  5. Tanggapan Publik: Sebuah unggahan di X menunjukkan kekhawatiran tentang anak-anak di bawah umur yang diizinkan menonton film ini di bioskop, menegaskan bahwa kontennya tidak sesuai untuk mereka.
Rekomendasi: Film ini lebih cocok untuk remaja di atas 13 tahun (versi cut) atau dewasa (versi uncut) yang menyukai horor dan memahami konteks budaya Jawa. Untuk anak-anak, sebaiknya pilih tontonan dengan genre ringan seperti animasi atau film keluarga yang tidak mengandung elemen menakutkan atau dewasa. Jika orang tua ingin anak menonton, pastikan untuk mendampingi dan memilih versi cut, sambil mempertimbangkan sensitivitas anak terhadap konten horor.

This content is restricted!

Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.

Sinopsis Lengkap KKN di Desa Penari

KKN di Desa Penari adalah film horor Indonesia tahun 2022 yang disutradarai oleh Awi Suryadi, diadaptasi dari utas Twitter viral karya SimpleMan (@SimpleM81378523) yang diklaim berdasarkan kisah nyata pada tahun 2009. Film ini diproduksi oleh MD Pictures dan Pichouse Films, dibintangi oleh Tissa Biani (Nur), Adinda Thomas (Widya), Aghniny Haque (Ayu), Achmad Megantara (Bima), Calvin Jeremy (Anton), dan Fajar Nugraha (Wahyu). Cerita ini mengisahkan pengalaman mistis enam mahasiswa saat menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil di Jawa Timur, yang dikenal sebagai “Desa Penari” karena keterkaitannya dengan sosok gaib bernama Badarawuhi, roh penari Jawa yang menghantui desa tersebut. Berikut adalah sinopsis terlengkap berdasarkan film dan sumber cerita asli, termasuk versi Uncut dan Luwih Dowo, Luwih Medeni (versi extended).


Awal Perjalanan KKN

Cerita dimulai pada tahun 2009, ketika enam mahasiswa dari sebuah universitas di Jawa Timur—Nur, Widya, Ayu, Bima, Anton, dan Wahyu—mengikuti program KKN sebagai syarat kelulusan. Mereka memilih sebuah desa terpencil di kawasan timur Jawa, yang disamarkan sebagai “Desa Penari”. Pemilihan desa ini diawali oleh observasi Ayu bersama kakaknya, Ilham, yang meyakinkan bahwa desa tersebut cocok untuk program KKN. Meski awalnya Pak Prabu, kepala desa, ragu memberikan izin, Ayu berhasil membujuknya dengan rencana proyek, seperti mengembalikan fungsi kolam kuno yang dulunya digunakan para penari desa.

Saat tiba di desa, para mahasiswa disambut oleh suasana pedesaan yang indah namun penuh misteri. Pak Prabu memperingatkan mereka untuk tidak melewati gapura terlarang yang memisahkan desa dengan hutan bernama Tapak Tilas, sebuah tempat yang diyakini angker. Nur, yang memiliki kepekaan terhadap hal-hal gaib, langsung merasakan keanehan sejak hari pertama. Ia melihat sosok kakek tua menatapnya dengan tajam dan merasakan pundaknya berat saat mengunjungi kolam kuno. Widya juga mendengar suara gamelan dari hutan, meskipun tidak ada desa lain di sekitar.


Kejadian Mistis yang Meningkat

Hari-hari awal KKN berjalan relatif lancar, namun keanehan mulai muncul. Nur sering melihat penampakan sosok penari cantik yang mengenakan kostum Jawa, sementara Widya mendengar suara kidung dan gamelan yang tidak wajar. Suatu malam, saat mandi, Widya merasa diperhatikan oleh sosok tak kasat mata, dan Nur melihat penari gaib itu sedang membasuh tubuhnya di bilik mandi, membuatnya ketakutan. Widya juga mengalami pengalaman aneh ketika ia dan Wahyu tersesat di hutan setelah motor mereka mogok saat berbelanja di kota. Mereka bertemu seorang kakek yang mengarahkan mereka ke sebuah pementasan tari Jawa di tengah hutan. Mereka diberi makanan, tetapi saat kembali ke desa, makanan itu berubah menjadi bangkai monyet.

Sementara itu, Bima mulai menunjukkan perubahan sikap. Ia sering menghilang di malam hari, dan Anton menemukan sesaji di bawah ranjangnya serta mendengar suara wanita dari kamar Bima. Nur mencurigai Bima dan Ayu memiliki rahasia, terutama setelah melihat mereka berdebat tentang gelang yang seharusnya diberikan kepada Widya. Ternyata, Bima telah bermimpi bertemu seorang penari bernama Dawu, yang memberinya gelang untuk “menyihir” Widya agar mencintainya. Namun, Ayu, yang menyukai Bima, menyimpan gelang itu untuk dirinya sendiri sebagai imbalan untuk berhubungan intim dengan Bima di Tapak Tilas, tempat yang dilarang. Tindakan mereka melanggar pantangan desa dan memicu kemarahan Badarawuhi, roh penari yang menguasai desa.


Puncak Teror dan Pengungkapan

Ketegangan meningkat ketika warga desa tiba-tiba menyerbu rumah joglo tempat para mahasiswa tinggal, mengira Widya adalah ular karena pengaruh gaib. Pak Prabu menyarankan agar KKN dihentikan, tetapi Ayu bersikeras melanjutkan. Nur, yang semakin curiga, pergi ke Tapak Tilas dan memergoki Bima dan Ayu sedang berduaan, mengkonfirmasi pelanggaran mereka. Malam itu, Nur dirasuki oleh sosok nenek tua (Mbah Dok) yang memperingatkan Widya bahwa salah satu dari mereka tidak akan selamat, tetapi ia berjanji melindungi Nur dari Badarawuhi. Setelah sadar, Nur menemukan gelang Dawu di tas Widya, yang ternyata diletakkan oleh Ayu sebagai bagian dari perjanjian dengan Badarawuhi.

Situasi semakin mencekam ketika Bima, di bawah pengaruh Badarawuhi, pergi ke Tapak Tilas dan ditemukan warga dalam kondisi telanjang dan sekarat. Widya, yang menyusulnya, melihat pementasan tari Dawu di pendopo terbengkalai dan menyaksikan Bima dikelilingi ular bersisik hijau. Di saat yang sama, Nur menemukan Ayu sekarat di ranjang, tubuhnya seperti dikendalikan untuk menari tanpa henti oleh Badarawuhi. Warga desa memanggil Mbah Buyut, dukun setempat, yang mengungkapkan bahwa “Dawu” adalah gelar penari desa, dan Badarawuhi adalah roh penari yang menuntut tumbal perawan untuk ritual tarian kuno. Ayu dimanfaatkan sebagai perantara untuk menjerat Widya, tetapi karena Ayu gagal, ia dan Bima menjadi korban.


Penutup dan Konsekuensi

Meski KKN akhirnya dihentikan, nasib tragis menimpa Bima dan Ayu. Bima meninggal dunia tiga hari setelah kembali dari desa, konon sambil berteriak tentang ular. Ayu, yang terus “menari” dalam kondisi koma, meninggal tiga bulan kemudian. Orang tua mereka menjemut anak-anaknya secara paksa, meskipun Widya memohon agar mereka tetap di desa untuk diselamatkan. Nur dan Widya, yang selamat, menceritakan kisah mereka kepada SimpleMan dalam sebuah wawancara, meminta agar nama orang dan tempat disamarkan untuk menghormati korban.

Versi Uncut menambahkan adegan erotis antara Bima, Ayu, dan Badarawuhi, serta latar belakang bagaimana Nur dan Ayu mendapatkan izin KKN. Versi Luwih Dowo, Luwih Medeni (lebih panjang, lebih menyeramkan) memperpanjang durasi dengan 40 menit adegan baru, termasuk pembukaan dokumenter pasca-KKN, penjelasan aktivitas KKN, dan epilog yang lebih mendalam. Adegan baru ini menekankan pepatah Jawa dari ibu Widya: “Air selalu mengalir ke timur, di timur semua hal berkumpul, dari yang baik sampai yang paling buruk,” sebagai pertanda malapetaka.


Latar Belakang dan Makna Cerita

Cerita KKN di Desa Penari awalnya viral pada 2019 melalui utas Twitter SimpleMan, yang terdiri dari dua perspektif: Nur dan Widya. Kisah ini menggabungkan elemen horor dengan intrik sosial, seperti pelanggaran norma dan konsekuensi melanggar pantangan budaya. Desa Penari digambarkan memiliki tradisi tarian untuk menenangkan jin hutan, dengan penari perawan sebagai tumbal, sebuah praktik yang terhenti seiring waktu hingga kehadiran para mahasiswa memicunya kembali. Film ini menekankan pentingnya menjaga tata cara dan sopan santun di tempat asing, serta konsekuensi dari tindakan sembrono.

Film ini sukses besar, menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan lebih dari 9 juta penonton, hanya kalah dari Avengers: Endgame di Indonesia. Keberhasilannya didukung oleh produksi berkualitas, akting kuat, dan resonansi budaya yang kuat dengan penonton Indonesia.

Community Rating

blank
blank
blank
blank
blank