
Community Rating






Green Book
Review Film “Green Book”: Kisah Persahabatan Hangat di Tengah Pahitnya Rasisme
Skor: 9/10
“Green Book” adalah sebuah film drama-komedi biografi pemenang Piala Oscar untuk Film Terbaik pada tahun 2019. Diangkat dari kisah nyata, film ini menceritakan perjalanan tak terduga yang menyatukan dua orang dari dunia yang sangat berbeda: Dr. Don Shirley (diperankan dengan brilian oleh Mahershala Ali), seorang pianis klasik Afrika-Amerika yang jenius dan berpendidikan tinggi, dengan Tony “Lip” Vallelonga (diperankan dengan sangat meyakinkan oleh Viggo Mortensen), seorang penjaga keamanan klub malam keturunan Italia-Amerika yang ceplas-ceplos dan sedikit kasar.
Sinopsis Singkat
Berlatar tahun 1962, Dr. Shirley merencanakan tur konser di wilayah Selatan Amerika Serikat (Deep South) yang pada masa itu masih sangat kental dengan praktik rasisme dan segregasi. Untuk memastikan keamanannya, ia menyewa Tony Lip sebagai sopir dan pengawalnya. Bekal mereka dalam perjalanan ini adalah “The Negro Motorist Green Book”, sebuah buku panduan yang berisi daftar hotel, restoran, dan SPBU yang aman dan mau melayani warga kulit hitam.
Perjalanan ini menjadi sebuah ujian bagi keduanya. Tony yang terbiasa dengan lingkungan dan prasangka sederhana di Bronx, New York, harus menyaksikan secara langsung perlakuan tidak manusiawi yang diterima oleh bosnya. Sementara itu, Dr. Shirley yang elegan dan terpelajar harus mengandalkan kelihaian dan keberanian Tony untuk melewati berbagai situasi berbahaya. Dari sinilah, sebuah persahabatan yang tulus dan melampaui batas warna kulit serta kelas sosial mulai terjalin.
Ulasan
Kekuatan utama “Green Book” terletak pada penampilan dan chemistry yang luar biasa antara kedua aktor utamanya. Viggo Mortensen berhasil bertransformasi menjadi Tony Lip yang bicaranya blak-blakan namun memiliki hati yang baik. Di sisi lain, Mahershala Ali (yang memenangkan Oscar untuk Aktor Pendukung Terbaik lewat peran ini) menampilkan Dr. Shirley dengan begitu elegan, rapuh, dan penuh martabat. Interaksi mereka, mulai dari perdebatan lucu di dalam mobil hingga momen-momen emosional yang mendalam, adalah jantung dari film ini.
Meskipun mengangkat tema rasisme yang berat dan menyakitkan, sutradara Peter Farrelly berhasil menyeimbangkannya dengan humor yang segar dan momen-momen yang menghangatkan hati. Film ini tidak terasa menggurui, melainkan mengajak penonton untuk melihat bagaimana prasangka dan stereotip dapat runtuh melalui interaksi dan pemahaman antar individu.
Secara visual, film ini sukses membawa kita kembali ke nuansa Amerika tahun 1960-an, didukung dengan alunan musik piano Dr. Shirley yang indah dan menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita.
Analisis Kecocokan untuk Anak-Anak
Meskipun memiliki pesan moral yang sangat positif tentang persahabatan dan anti-rasisme, “Green Book” TIDAK COCOK untuk menjadi tontonan anak-anak, terutama yang berusia di bawah 13 tahun. Berikut adalah alasannya:
- Tema Rasisme dan Diskriminasi yang Eksplisit: Film ini secara gamblang menunjukkan berbagai bentuk rasisme, mulai dari penolakan di restoran dan hotel, perlakuan yang merendahkan, hingga kekerasan fisik. Adegan-adegan ini bisa sangat mengganggu, membingungkan, dan sulit diproses oleh anak-anak.
- Bahasa Kasar dan Umpatan Rasial: Karakter Tony Lip sering menggunakan bahasa kasar. Lebih penting lagi, film ini mengandung umpatan dan hinaan rasial yang digunakan untuk menyerang Dr. Shirley. Dialog ini otentik sesuai eranya, namun sangat tidak pantas didengar oleh anak-anak.
- Kekerasan: Terdapat beberapa adegan perkelahian dan konfrontasi fisik. Meskipun tidak digambarkan secara sadis, adegan ini tetap mengandung kekerasan yang tidak layak untuk penonton anak.
- Merokok dan Minum Alkohol: Sesuai dengan latar waktu ceritanya, merokok dan konsumsi alkohol sangat sering ditampilkan, terutama oleh karakter Tony.
Rekomendasi Usia:
- Anak-anak (Di bawah 13 tahun): Sangat tidak direkomendasikan.
- Remaja (14-17 tahun): Bisa menjadi tontonan yang sangat edukatif, namun sangat dianjurkan untuk ditonton bersama orang tua atau wali. Kehadiran orang tua penting untuk memberikan konteks sejarah dan membuka ruang diskusi mengenai tema-tema berat seperti rasisme, prasangka, dan martabat manusia yang diangkat dalam film.
Kesimpulan
“Green Book” adalah film yang luar biasa, mengharukan, dan penting untuk ditonton oleh audiens dewasa dan remaja yang lebih tua. Film ini menyajikan pelajaran berharga tentang kemanusiaan dengan cara yang mudah dicerna dan menyentuh. Namun, karena tema dewasa, bahasa kasar, dan adegan kekerasan, film ini sama sekali bukan pilihan yang tepat untuk tontonan keluarga bersama anak-anak kecil.
This content is restricted!
Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.
Lihat Film Lain
Produk Terkait
Community Rating




