Community Rating

blank
blank
blank
blank
blank
blank

Ford v Ferrari

Sebuah Duel Klasik Antara Gairah, Persahabatan, dan Arogansi Korporat di Lintasan Balap

“Ford v Ferrari”, yang disutradarai oleh James Mangold, adalah lebih dari sekadar film balap. Ini adalah sebuah drama biografi yang memukau tentang persahabatan, inovasi, dan perjuangan dua individu jenius melawan sistem korporat yang kaku. Film ini berhasil menangkap semangat sejati di balik salah satu persaingan paling legendaris dalam sejarah dunia otomotif.

Sinopsis Singkat

Berlatar tahun 1960-an, film ini mengisahkan upaya Ford Motor Company, yang dipimpin oleh Henry Ford II (Tracy Letts), untuk mengalahkan tim balap Scuderia Ferrari yang dominan di ajang balap ketahanan paling bergengsi di dunia: 24 Jam Le Mans (24 Hours of Le Mans). Setelah gagal mengakuisisi Ferrari, Ford yang tersinggung memutuskan untuk membangun mobil balap sendiri yang mampu menaklukkan sang kuda jingkrak dari Italia.

Untuk misi mustahil ini, Ford merekrut Carroll Shelby (diperankan dengan karisma oleh Matt Damon), mantan pembalap pemenang Le Mans yang kini menjadi desainer mobil. Sadar bahwa ia membutuhkan pembalap terbaik yang juga seorang mekanik ulung, Shelby mengajak sahabatnya yang sulit diatur namun brilian, Ken Miles (diperankan secara fenomenal oleh Christian Bale). Bersama-sama, mereka berdua berjuang melawan waktu, hukum fisika, dan terutama, intervensi dari birokrasi Ford itu sendiri untuk menciptakan mobil legendaris, Ford GT40.

Apa yang Membuat Film Ini Luar Biasa?

  1. Duet Akting Damon dan Bale: Kekuatan utama film ini terletak pada dinamika antara Carroll Shelby yang pragmatis dan diplomatis dengan Ken Miles yang berapi-api, keras kepala, dan tanpa kompromi. Matt Damon dan Christian Bale menampilkan chemistry yang sempurna. Penonton bisa merasakan ikatan persahabatan mereka yang kompleks, penuh perdebatan sengit namun dilandasi rasa saling menghormati yang mendalam.
  2. Adegan Balap yang Mendebarkan: James Mangold berhasil menyajikan sekuens balapan yang tidak hanya cepat dan bising, tetapi juga menegangkan secara emosional. Penonton seolah-olah diajak masuk ke dalam kokpit sempit GT40, merasakan setiap getaran mesin, setiap tikungan tajam, dan bahaya yang mengintai di lintasan Le Mans. Tata suara (yang memenangkan Oscar) membuat deru mesin menjadi musik yang memompa adrenalin.
  3. Drama Manusia yang Kuat: Ini bukan film tentang mobil, melainkan tentang orang-orang di baliknya. “Ford v Ferrari” adalah kisah tentang gairah (Miles dan Shelby) melawan kepentingan bisnis (eksekutif Ford). Konflik antara para insinyur dan pembalap yang mencintai pekerjaannya dengan para petinggi perusahaan yang hanya peduli pada citra dan penjualan menjadi inti dari drama film ini.
  4. Akurasi Sejarah dan Visual: Film ini sukses membawa penonton kembali ke era 1960-an dengan desain produksi dan sinematografi yang detail. Meskipun ada beberapa dramatisasi untuk kepentingan cerita, esensi dari peristiwa sejarahnya tetap terjaga dengan baik.

Kesimpulan

“Ford v Ferrari” adalah sebuah karya sinema yang solid, menghibur, dan inspiratif. Film ini wajib ditonton tidak hanya bagi para penggemar otomotif, tetapi juga bagi siapa saja yang menyukai cerita tentang perjuangan, persahabatan, dan kemenangan semangat individu atas rintangan besar. Ini adalah sebuah surat cinta untuk era balap analog yang penuh gairah dan keberanian.

Rating: 9/10


 

Kecocokan untuk Tontonan Anak

 

Secara umum, “Ford v Ferrari” kurang direkomendasikan untuk anak-anak di bawah usia 13 tahun tanpa pendampingan orang tua. Film ini memiliki rating PG-13 di Amerika Serikat dan 13+ oleh Lembaga Sensor Film (LSF) di Indonesia.

Berikut adalah beberapa poin yang perlu dipertimbangkan oleh orang tua:

  • Bahasa Kasar (Profanity): Film ini mengandung cukup banyak kata-kata umpatan dan bahasa kasar. Karakter-karakternya, terutama Ken Miles, sering kali mengekspresikan frustrasi dan semangat mereka dengan kata-kata yang tidak pantas untuk anak-anak.
  • Intensitas Balapan dan Kecelakaan: Adegan balapan digambarkan dengan sangat realistis, termasuk beberapa kecelakaan mobil yang intens dan berpotensi menakutkan bagi penonton yang lebih muda. Meskipun tidak ada adegan berdarah (gore), dampak dan bahaya dari kecelakaan tersebut sangat terasa.
  • Tema Dewasa: Alur cerita utama berpusat pada konflik orang dewasa, seperti politik kantor, tekanan bisnis, ego, dan mortalitas. Tema-tema ini mungkin terlalu kompleks atau tidak menarik bagi anak-anak. Ada juga adegan yang menampilkan karakter merokok dan minum alkohol, sesuai dengan latar waktu ceritanya.
  • Durasi yang Panjang: Dengan durasi lebih dari 2.5 jam, film ini bisa jadi terlalu panjang dan lambat di beberapa bagian (terutama adegan rapat korporat) untuk anak-anak, sehingga mereka mungkin akan kehilangan fokus dan minat.

Rekomendasi Berdasarkan Usia:

  • Anak-anak (Di bawah 10 tahun): Sangat tidak disarankan. Bahasa, tema, dan intensitasnya tidak sesuai.
  • Remaja Muda (10-13 tahun): Dengan pertimbangan dan pendampingan orang tua. Orang tua perlu siap untuk memberi konteks dan mungkin mendiskusikan beberapa adegan atau bahasa yang digunakan. Anak-anak di usia ini yang memiliki minat pada mobil dan balap mungkin akan menikmatinya.
  • Remaja (14 tahun ke atas): Umumnya cocok. Pada usia ini, mereka sudah lebih mampu memahami kompleksitas cerita, drama antarkarakter, dan konteks sejarahnya, serta dapat mentolerir bahasa yang digunakan.

Singkatnya, meskipun “Ford v Ferrari” adalah film yang luar biasa, ini adalah tontonan yang lebih pas untuk audiens dewasa dan remaja yang lebih tua.

This content is restricted!

Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.

Community Rating

blank
blank
blank
blank
blank