Donny Damara

Aktor di

  • Bila Esok Ibu Tiada (2024)
  • Algrafi (2024)
  • Siksa Kubur (2024)
  • Cinta Pertama, Kedua & Ketiga (2021)
  • Something in Between (2018)
  • The Perfect Husband (2018)
  • Marsinah: Cry from the Dark (2001)
  • Jakarta, Twilight City (1990)
  • Kodrat (1986) – Juga sebagai sutradara
  • Tjoet Nja’ Dhien (1986)
  • Kembang Kertas (1985) – Juga sebagai sutradara
  • Di Balik Kelambu (1983)
  • Ponirah Terpidana (1983)
  • Neraca Kasih (1982)
  • Serangan Fajar (1982)
  • Rembulan dan Matahari (1979) – Juga sebagai sutradara
  • November 1828 (1978)
  • Badai Pasti Berlalu (1977)
  • Perkawinan Dalam Semusim (1976)
  • Bukit Perawan (1976)
  • Kawin Lari (1974)
  • Ranjang Pengantin (1974)
  • Cinta Pertama (1973)
  • Wadjah Seorang Laki-Laki (1971)
Biography
Slamet Rahardjo Djarot lahir pada 21 Januari 1949 di Serang, Banten, Indonesia. Ia adalah seorang aktor, sutradara, dan penulis naskah terkenal yang telah berkarier di dunia perfilman Indonesia selama lebih dari 50 tahun. Anak sulung dari tujuh bersaudara, ia merupakan kakak dari Eros Djarot, seorang penata musik, sutradara, dan politikus. Ayahnya, Djarot Djojoprawiro, adalah seorang perwira angkatan udara, sementara ibunya, Ennie Tanudiredja, seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam seni ukir kayu. Slamet menghabiskan masa kecilnya di Yogyakarta sebelum menempuh pendidikan di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Ia kemudian melanjutkan studi di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), meskipun tidak menyelesaikannya, dan pada 1968 berkuliah di Akademi Film Nasional Jayabaya.
Karier Slamet dimulai di dunia teater pada 1968 ketika ia bergabung dengan Teater Populer bersama Teguh Karya, yang menjadi mentor penting dalam hidupnya. Debut filmnya terjadi pada 1971 melalui “Wadjah Seorang Laki-Laki”, di mana ia memainkan peran utama di bawah arahan Teguh Karya. Kariernya melejit setelah membintangi film seperti “Cinta Pertama” (1973), “Ranjang Pengantin” (1974), dan “Di Balik Kelambu” (1983), yang mengantarkannya meraih dua Piala Citra sebagai Aktor Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) pada 1975 dan 1983. Pada 1979, ia mulai menyutradarai dengan film “Rembulan dan Matahari”, dan sejak itu telah mengarahkan serta menulis lebih dari 12 film, termasuk “Langitku, Rumahku” (1990), yang menjadi wakil Indonesia di Academy Awards ke-63 pada 1991.
Slamet juga meraih dua Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik untuk “Kembang Kertas” (1985) dan “Kodrat” (1986), serta satu untuk Penata Musik Terbaik bersama timnya di “November 1828” (1979). Ia menerima Penghargaan Usmar Ismail pada 1996 dari Badan Pertimbangan Perfilman Nasional atas kontribusinya pada perfilman Indonesia. Hingga 2025, Slamet tetap aktif berkarya, baik sebagai aktor maupun sutradara, dan dikenal sebagai salah satu legenda hidup perfilman Indonesia yang disegani karena kehadiran realistisnya di layar serta dedikasinya pada seni peran. Ia juga menjadi mentor bagi banyak sineas muda dan terus menginspirasi industri hiburan Tanah Air.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lihat Cast Lain