Arswendy Bening Swara

Aktor di

  • Tale of the Land (2024) – Sebagai Tuha
  • Dua Hati Biru (2024) – Sebagai Herman
  • Siksa Kubur (2024) – Sebagai Wahyu
  • Khanzab (2023) – Sebagai Pak Ustadz
  • Badrun & Loundri (2023) – Sebagai Pak RT
  • Autobiography (2023) – Sebagai Purna
  • Balada Si Roy (2023) – Sebagai Pak Harjo
  • Ngeri-Ngeri Sedap (2022) – Sebagai Pak Domu
  • Ashiap Man (2022) – Sebagai Ibrahim
  • Before, Now & Then (Nana) (2022) – Sebagai Pak Ia
  • Kuburan dalam Rumah (2022) – Peran tidak disebutkan
  • Ben & Jody (2022) – Sebagai Pak Syukur
  • Guru-Guru Gokil (2020) – Sebagai Pak Tawar
  • Dua Garis Biru (2019) – Sebagai Herman
  • MatiAnak (2019) – Sebagai Pak Guru
  • Gundala (2019) – Sebagai Politisi
  • Follore (2018) – Peran tidak disebutkan
  • Pengabdi Setan (2017) – Sebagai Ustadz
  • Sang Kiai (2013) – Sebagai Hasyim Asyari Muda
  • Belenggu (2013) – Sebagai Dokter Jiwa
  • Sanubari Jakarta (2012) – Peran tidak disebutkan
  • Opera Jakarta (1985) – Peran tidak disebutkan
Biography
Berikut adalah biografi terlengkap Arswendy Bening Swara berdasarkan informasi yang tersedia:

Biografi Arswendy Bening Swara
Nama Lengkap: Arswendy Beningswara Nasution
Nama Panggilan: Arswendy Bening Swara
Tanggal Lahir: 22 November 1957
Tempat Lahir: Jakarta, Indonesia
Usia: 67 tahun (per April 2025)
Kebangsaan: Indonesia
Etnis: Mandailing (Batak)
Almamater: Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Jurusan Seni Peran (1978–1982)
Pekerjaan: Aktor, Pelatih Akting, Sutradara
Tahun Aktif: 1985–sekarang
Anak: Eno Bening Swara Nasution
Akun Instagram: @arswendybeningswara

Latar Belakang dan Pendidikan
Arswendy Beningswara Nasution, yang lebih dikenal dengan nama Arswendy Bening Swara, lahir pada 22 November 1957 di Jakarta, Indonesia. Ia adalah keturunan Mandailing, salah satu sub-etnis Batak dari Sumatera Utara. Arswendy menempuh pendidikan tinggi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada jurusan Seni Peran dari tahun 1978 hingga lulus pada tahun 1982. Pendidikan formalnya di IKJ menjadi fondasi kuat bagi kariernya di dunia seni peran, baik di teater maupun perfilman.
Sebelum terjun ke dunia perfilman, Arswendy dikenal sebagai aktor teater yang aktif. Ia bergabung dengan Teater Lembaga Institut Kesenian Jakarta dan kemudian menjadi bagian dari kelompok Teater Mandiri yang dipimpin oleh Putu Wijaya sejak tahun 1982. Pengalaman teaternya memperkaya kemampuan aktingnya, terutama dalam memerankan karakter-karakter yang kompleks dan mendalam.

Karier
Awal Karier di Teater
Arswendy memulai kariernya sebagai aktor teater, sebuah medium yang membentuk dasar keahliannya dalam seni peran. Ia aktif di Teater Lembaga IKJ dan Teater Mandiri, di mana ia belajar di bawah bimbingan tokoh teater terkenal seperti Putu Wijaya. Pada periode 2006 hingga 2009, Arswendy menjabat sebagai Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta, menunjukkan dedikasinya terhadap pengembangan seni teater di Indonesia.
Debut di Dunia Perfilman
Arswendy memasuki dunia perfilman Indonesia pada tahun 1985 dengan debut aktingnya dalam film Opera Jakarta karya sutradara Sjumandjaja. Penampilannya dalam film ini menandai awal kariernya sebagai aktor layar lebar yang disegani. Sejak itu, ia terus membintangi berbagai film, sering kali memerankan karakter pendukung yang kuat dan berkesan.
Peran Ikonik dan Film Terkenal
Selama lebih dari tiga dekade, Arswendy telah membintangi puluhan film dan serial, menunjukkan fleksibilitasnya dalam memerankan berbagai karakter, mulai dari tokoh bijaksana hingga figur otoriter. Beberapa film terkenal yang dibintanginya meliputi:
  • Ngeri-Ngeri Sedap (2022): Arswendy memerankan karakter Pak Domu, yang membuatnya mendapat nominasi di berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Piala Maya 2023 untuk Aktor Utama Terpilih.
  • Autobiography (2022): Dalam film ini, ia memerankan Jenderal Purnawinata, sebuah peran yang membawanya meraih penghargaan Best Actor di Marrakech International Film Festival 2022. Untuk peran ini, Arswendy melakukan riset mendalam, termasuk membaca buku sejarah untuk memahami karakter seorang jenderal. Film ini juga dinominasikan untuk Piala Citra 2022 kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
  • Before, Now & Then (Nana) (2022): Perannya dalam film ini turut mengantarkannya ke nominasi penghargaan.
  • Pengabdi Setan (2017): Ia memerankan ustad yang memberikan kesan mendalam bagi penonton.
  • Siksa Kubur (2024): Arswendy tampil bersama aktor-aktor ternama seperti Reza Rahadian dan Faradina Mufti, memperkuat posisinya di film horor modern Indonesia.
  • Khanzab (2023): Dalam film ini, Arswendy merasa terhubung secara pribadi dengan ceritanya karena pengalaman pribadinya dengan gangguan khanzab saat salat.
  • Tale of The Land (2024): Ia memerankan karakter Tuha, yang mengharuskannya mempelajari bahasa dan dialek Dayak di Kalimantan. Peran ini menunjukkan dedikasinya untuk mendalami karakter melalui pembelajaran budaya lokal.
  • Film lainnya termasuk Dua Garis Biru (2019), MatiAnak (2019), Gundala (2019), Guru-Guru Gokil (2020), Ben & Jody (2022), Ashiap Man (2022), dan Balada Si Roy (2023).
Selain film layar lebar, Arswendy juga tampil dalam serial web, seperti Sianida (2021), di mana ia memerankan karakter Robert.
Peran sebagai Pelatih Akting
Sejak tahun 2000-an, Arswendy juga dikenal sebagai pelatih akting untuk berbagai film, seperti Denias, Senandung di Atas Awan, King, dan Merah Putih. Perannya sebagai pelatih akting sangat penting di industri film Indonesia, terutama karena kurangnya pelatih aksen di Tanah Air, sehingga peran pelatih akting menjadi lebih signifikan. Ia membantu aktor-aktor muda untuk mendalami karakter mereka, termasuk dalam hal aksen dan ekspresi.
Pendekatan dalam Berakting
Arswendy dikenal karena pendekatannya yang mendalam dalam memerankan karakter. Ia sering melakukan riset intensif, seperti saat memerankan Jenderal Purnawinata di Autobiography, di mana ia membaca buku sejarah untuk memahami tindak-tanduk seorang jenderal. Ia juga berusaha menghindari “bergaya” dalam akting, fokus pada esensi karakter untuk memberikan penampilan yang autentik. Kolaborasinya dengan sutradara seperti Makbul Mubarak dan aktor muda seperti Kevin Ardilova sering menghasilkan pendekatan baru dalam aktingnya.

Penghargaan dan Pengakuan
Arswendy Bening Swara telah menerima berbagai pengakuan atas kontribusinya di dunia perfilman. Beberapa di antaranya adalah:
  • Best Actor, Marrakech International Film Festival 2022 untuk peran dalam Autobiography.
  • Nominasi Piala Citra, Festival Film Indonesia (FFI) sebanyak tiga kali, termasuk untuk Pemeran Pendukung Pria Terbaik di Autobiography (2022).
  • Nominasi Aktor Utama Terpilih, Piala Maya 2023 untuk Ngeri-Ngeri Sedap dan Before, Now & Then.
  • Nominasi di empat penghargaan bergengsi pada tahun 2022 untuk perannya di Ngeri-Ngeri Sedap, Before, Now & Then, dan Autobiography.
Keberhasilannya di festival internasional, seperti Venice Film Festival 2022 (untuk Autobiography), menunjukkan bahwa Arswendy tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga di panggung global.

Kehidupan Pribadi
Arswendy adalah ayah dari Eno Bening Swara Nasution, seorang konten kreator, ahli strategi media sosial, dan pembuat film yang terkenal di YouTube sejak 2008. Eno, yang lahir pada 20 April 1992, lulus dari Universitas Indonesia jurusan Filsafat pada 2014 dan saat ini menjabat sebagai Program Director di SKOR sejak November 2022. Hubungan ayah-anak ini terungkap melalui wawancara Arswendy dengan grup komedi Agak Laen.
Meskipun kehidupan pribadinya jarang terekspos, Arswendy dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan bijaksana, sebagaimana tercermin dari karakter-karakter yang ia perankan. Ia juga memiliki pengalaman spiritual yang mendalam, seperti saat ia mengaku pernah diganggu khanzab hingga lupa rakaat salat, yang membuatnya merasa terhubung dengan naskah film Khanzab.

Fakta Menarik
  1. Keturunan Mandailing: Arswendy bangga dengan warisan budaya Batak Mandailing-nya, yang sering tercermin dalam karakternya yang kuat dan otentik.
  2. Pembelajar Seumur Hidup: Ia terus belajar hal baru di setiap proyek, seperti mempelajari dialek Dayak untuk Tale of The Land dan dialek Kalimantan untuk Badrun & Loundri.
  3. Kolaborasi dengan Generasi Muda: Arswendy sering beradu akting dengan aktor muda, seperti Kevin Ardilova (Autobiography) dan Faradina Mufti (Siksa Kubur), yang membawa pendekatan baru dalam kariernya.
  4. Pionir Pelatih Akting: Ia adalah salah satu pelatih akting terkemuka di Indonesia, membantu meningkatkan kualitas akting di banyak film.
  5. Karier yang Konsisten: Meskipun usianya telah lebih dari 60 tahun, Arswendy tetap aktif dan relevan di industri perfilman Indonesia, membuktikan bahwa semangatnya tak pernah pudar.

Warisan dan Pengaruh
Arswendy Bening Swara adalah salah satu aktor senior Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar bagi perfilman dan teater Tanah Air. Dengan karier yang mencakup lebih dari tiga dekade, ia tidak hanya dikenal sebagai aktor serba bisa, tetapi juga sebagai pelatih akting yang membantu membentuk generasi baru aktor Indonesia. Penghargaan internasional dan nominasi di berbagai ajang bergengsi menjadi bukti kualitasnya sebagai seniman. Dedikasinya untuk terus belajar dan mendalami setiap peran menjadikannya inspirasi bagi banyak pelaku seni di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lihat Cast Lain