Community Rating






Look Back
“Look Back” adalah film anime Jepang tahun 2024 yang diadaptasi dari manga one-shot karya Tatsuki Fujimoto, disutradarai oleh Kiyotaka Oshiyama. Film ini berdurasi sekitar 58 menit dan mengusung genre drama coming-of-age dengan sentuhan slice of life serta elemen fantasi. Cerita berpusat pada Ayumu Fujino, seorang siswi kelas empat SD yang percaya diri dan berbakat dalam menggambar manga, serta Kyomoto, seorang gadis pemalu yang juga memiliki kemampuan menggambar luar biasa. Awalnya, Fujino merasa tersaingi oleh Kyomoto, tetapi keduanya akhirnya menjalin persahabatan erat karena kecintaan mereka pada manga. Mereka bahkan bekerja sama untuk mengikuti kontes manga nasional. Namun, plot berubah drastis dengan munculnya tragedi yang melibatkan kekerasan, memisahkan keduanya dan meninggalkan dampak emosional mendalam bagi Fujino.
Secara visual, film ini menawarkan desain karakter yang khas dan estetik, dengan gaya sederhana namun ekspresif yang mencerminkan nuansa manga. Ceritanya mengangkat tema persahabatan, ambisi, kehilangan, dan refleksi diri, disampaikan melalui narasi yang menyentuh dan emosional. Meskipun singkat, “Look Back” berhasil membangun eskalasi perasaan yang kuat, sering kali membuat penonton terbawa suasana haru hingga menangis.
Kecocokan dengan Tontonan Anak
Meskipun tokoh utamanya adalah anak-anak SD dan tema awalnya tampak ringan tentang hobi menggambar, “Look Back” kurang cocok untuk ditonton oleh anak-anak, terutama yang masih kecil. Alasan utamanya adalah:
Meskipun tokoh utamanya adalah anak-anak SD dan tema awalnya tampak ringan tentang hobi menggambar, “Look Back” kurang cocok untuk ditonton oleh anak-anak, terutama yang masih kecil. Alasan utamanya adalah:
- Konten Kekerasan: Film ini mengandung adegan kekerasan yang cukup signifikan, termasuk peristiwa tragis yang menjadi titik balik cerita. Hal ini bisa terlalu intens atau mengganggu bagi anak-anak.
- Tema Berat: Isu kehilangan dan penyesalan yang mendalam mungkin sulit dipahami atau terlalu emosional untuk penonton muda.
- Manga Brutal dalam Cerita: Karya manga yang digambar Fujino disebut memiliki elemen brutal, yang meskipun tidak ditampilkan secara eksplisit, tetap menjadi bagian dari narasi.
Dengan demikian, “Look Back” lebih sesuai untuk remaja (usia 13 tahun ke atas) atau dewasa yang bisa mengapresiasi kompleksitas emosi dan pesan moralnya. Untuk anak-anak yang lebih kecil, film ini tidak direkomendasikan karena potensi dampak emosional dan konten yang kurang sesuai dengan usia mereka. Orang tua disarankan untuk mempertimbangkan rating dan menonton terlebih dahulu sebelum mengizinkan anak mereka menyaksikannya.
This content is restricted!
Bantu kami mengulas konten yang pernah Mama tonton. Login di sini.
Sinopsis Lengkap Film Anime Look Back
Look Back adalah film anime Jepang tahun 2024 yang diadaptasi dari manga one-shot karya Tatsuki Fujimoto, mangaka terkenal di balik Chainsaw Man dan Fire Punch. Disutradarai oleh Kiyotaka Oshiyama dan diproduksi oleh Studio Durian, film berdurasi sekitar 57 menit ini menghadirkan kisah emosional tentang persahabatan, persaingan, dan pendewasaan dua gadis muda yang terhubung melalui kecintaan mereka pada seni manga. Dengan visual yang memukau dan narasi yang penuh makna, Look Back berhasil mencuri hati penonton di Jepang dan internasional, termasuk Indonesia, tempat film ini tayang mulai 31 Juli 2024, dan tersedia di Prime Video sejak 8 November 2024.
Awal Cerita: Persaingan Dua Bakat Muda
Cerita berpusat pada Ayumu Fujino, seorang siswi kelas 4 SD yang energik, ekstrovert, dan penuh percaya diri. Fujino memiliki bakat luar biasa dalam menggambar manga, khususnya komik 4-koma (empat panel), yang rutin diterbitkan di koran sekolah. Karyanya selalu mendapat pujian dari teman-teman dan guru, menjadikannya “mangaka” ternama di lingkungan sekolah. Popularitas ini membuat Fujino merasa tak tertandingi, hingga suatu hari gurunya meminta ia berbagi slot koran sekolah dengan siswi lain bernama Kyomoto.
Kyomoto, yang kontras dengan Fujino, adalah gadis pendiam, pemalu, dan sering bolos sekolah karena kesulitan bersosialisasi. Meski begitu, bakat menggambar manganya ternyata luar biasa, bahkan menyaingi Fujino. Ketika manga karya Kyomoto diterbitkan dan mendapat banyak pujian, Fujino mulai merasa iri dan terancam. Rasa cemburu ini memicu ambisi Fujino untuk mengasah kemampuannya lebih keras lagi, bertekad mempertahankan posisinya sebagai yang terbaik di sekolah. Persaingan ini menjadi titik awal dinamika hubungan mereka, di mana Fujino berusaha melampaui Kyomoto, sementara keduanya mulai terhubung melalui kecintaan mereka pada manga.
Perkembangan Persahabatan
Meski awalnya dipicu oleh persaingan, Fujino dan Kyomoto perlahan menjalin persahabatan yang erat. Pertemuan pertama mereka terjadi secara tak sengaja saat hari kelulusan SD, ketika Fujino diminta mengantarkan ijazah Kyomoto ke rumahnya. Di sinilah Fujino menemukan sisi lain Kyomoto: seorang gadis pemalu yang ternyata mengidolakan karya Fujino dan terinspirasi olehnya. Perbedaan kepribadian mereka—Fujino yang ekstrovert dan Kyomoto yang introvert—justru saling melengkapi, menciptakan ikatan yang kuat.
Keduanya mulai bekerja sama, menggabungkan bakat mereka untuk mengikuti kontes manga. Kolaborasi ini membawa mereka pada momen-momen bahagia, seperti perjalanan ke Tokyo untuk merayakan kemenangan pertama mereka dengan honor yang mereka dapatkan. Dalam salah satu sekuens yang mencuri perhatian, dunia di sekitar Fujino dan Kyomoto digambarkan “diam dan tak berwarna”, menekankan kebahagiaan mereka yang seolah membuat dunia lain menjadi sekadar latar belakang. Persahabatan ini tidak hanya mendorong mereka untuk tumbuh sebagai seniman, tetapi juga sebagai individu. Kyomoto, yang awalnya tertutup, mulai menemukan kepercayaan diri melalui seni dan dukungan Fujino, sementara Fujino belajar untuk menghargai kerja keras dan kerendahan hati.
Klimaks Emosional dan Tragedi
Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Seiring waktu, Fujino dan Kyomoto menghadapi tantangan dalam mengejar impian mereka. Fujino, yang awalnya sombong, mulai menyadari keterbatasannya saat ia terus merasa kalah dari Kyomoto. Rasa frustrasi ini sempat membuatnya menyerah dan berhenti menggambar manga. Di sisi lain, Kyomoto menemukan passion baru dalam seni lukis, khususnya menggambar latar belakang, dan memutuskan untuk kuliah di jurusan seni, sementara Fujino tetap mengejar karier sebagai mangaka.
Klimaks cerita terjadi ketika tawaran untuk menerbitkan manga datang. Kyomoto memilih untuk tidak melanjutkan sebagai mangaka, ingin fokus pada studi seninya, sementara Fujino melanjutkan mimpinya. Keputusan ini membuat mereka berpisah jalan, meski dengan sedikit kekecewaan dari Fujino. Tahun-tahun berlalu, dan Fujino berhasil menjadi mangaka terkenal dengan karya yang sukses di pasaran. Namun, hubungan mereka merenggang karena jarak dan waktu.
Tragedi tak terduga kemudian mengguncang kehidupan Fujino. Suatu hari, saat sedang menggambar di apartemennya, ia mendengar berita tentang pembunuhan massal di kampus tempat Kyomoto berkuliah. Khawatir, Fujino berusaha menghubungi Kyomoto, tetapi menerima kabar duka bahwa sahabatnya telah meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Kehilangan ini menghancurkan Fujino, membuatnya kehilangan kepercayaan diri dan mempertanyakan perjalanan seninya. Tragedi ini menjadi titik balik yang memaksa Fujino untuk “menengok ke belakang” (look back), merefleksikan persahabatan mereka, perjuangan bersama, dan makna sejati dari seni yang mereka kejar.
Tema dan Makna
Look Back adalah kisah coming-of-age yang kaya akan emosi, menggali tema-tema seperti persahabatan, ambisi, insekuritas, dan penerimaan diri. Film ini menunjukkan bagaimana persaingan yang sehat dapat mendorong seseorang untuk menjadi lebih baik, tetapi juga mengingatkan bahwa setiap individu memiliki perjalanan dan bakat yang unik. Melalui Fujino, penonton diajak merenungkan bagaimana kehilangan dan kegagalan menjadi bagian dari proses pendewasaan. Sementara itu, Kyomoto mewakili mereka yang menemukan keberanian untuk mengejar passion meski dihadapkan pada ketakutan dan keraguan.
Unsur fantasi dalam cerita, seperti transisi visual dari manga dua dimensi ke adegan anime berwarna, menambah kedalaman pengalaman sinematik. Visual yang indah, dipadukan dengan musik latar sendu karya Haruka Nakamura, menciptakan suasana melankolis yang mendukung tone emosional film. Sekuens-sekuens seperti perjalanan Fujino dan Kyomoto ke Tokyo atau momen refleksi Fujino di akhir cerita dirancang dengan sudut pandang dinamis, memberikan kesan seolah penonton menyaksikan kisah nyata.
Penutup: Warisan dan Refleksi
Di akhir cerita, Fujino belajar menerima dirinya sendiri dan menghargai hubungan yang telah membentuknya. Look Back tidak hanya tentang seni atau persaingan, tetapi juga tentang bagaimana hubungan antarmanusia—bahkan yang singkat—dapat meninggalkan dampak abadi. Judul Look Back merujuk pada pentingnya merefleksikan masa lalu, bukan untuk terjebak di dalamnya, tetapi untuk memahami perjalanan hidup dan menghargai orang-orang yang pernah menjadi bagian darinya.
Film ini berhasil mengadaptasi gaya spontan dan emosional Tatsuki Fujimoto dengan sempurna, dengan animasi yang memadukan elemen kasar namun halus, mencerminkan keindahan dalam ketidaksempurnaan. Look Back mendapat pujian luas, dengan skor 7.9/10 di IMDb, 100% di Rotten Tomatoes, dan 4.3/5 di Letterboxd, serta menjadi film nomor satu di box office Jepang selama dua minggu berturut-turut. Bagi penggemar anime dan mereka yang mencari kisah emosional tentang seni dan hubungan manusia, Look Back adalah tontonan yang tak boleh dilewatkan.
Lihat Film Lain
Produk Terkait
- Film
Sing 2
- Film
COCO
- Film
Wreck-It Ralph
- Film
Frozen
Community Rating




